
Beberapa kasus kematian pendaki gunung akhir-akhir ini kembali menjadi sorotan. Salah satunya adalah meninggalnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, akibat benturan keras setelah terjatuh. Sebelumnya, dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia di Puncak Cartenz, Papua Tengah, karena hipotermia yang disebabkan cuaca ekstrem dan terlalu lama berada di puncak gunung.
Hipotermia adalah kondisi kedinginan ekstrem yang membuat tubuh tidak mampu memproduksi cukup panas sehingga suhu tubuh turun di bawah 35°C. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan organ bahkan kematian.
Berikut langkah pertolongan pertama mengatasi hipotermia yang dapat dilakukan:
- Pindahkan korban ke tempat yang hangat dan kering.
- Buka dan ganti pakaian basah dengan yang kering dan hangat.
- Bungkus tubuh korban dengan selimut, sisakan wajah terbuka.
- Lakukan kontak kulit ke kulit dengan membungkus diri bersama korban menggunakan selimut untuk mentransfer panas tubuh.
- Berikan minuman hangat jika korban sadar, hindari minuman berkafein dan beralkohol.
- Jika korban tidak sadar, segera lakukan CPR hingga nadi teraba atau tenaga medis tiba.
Pertolongan ini biasanya mulai menunjukkan hasil dalam beberapa menit. Tanda pemulihan adalah korban berhenti gemetar dan bisa tersenyum. Namun, jika sudah tidak gemetar tapi belum bisa tersenyum, kondisi korban mungkin memburuk dan perlu penanganan segera.
Pendaki diimbau untuk selalu waspada terhadap risiko hipotermia dan membawa perlengkapan yang memadai saat mendaki gunung guna mencegah kejadian tragis serupa.