Site icon Info Bet Gratis – Main Zeus Gacor

Usai Insiden Turis Brasil Jatuh, Bagaimana Keamanan Pendaki di Gunung Rinjani?

Liputan6.com, Jakarta – Tewasnya turis Brasil Juliana Marins di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), jadi sorotan dunia. Kabar itu menyebar dengan cepat, menembus kabut, dan terjalnya medan pergunungan di Rinjani, hingga menjangkau ke ‘Negeri Samba’ yang jauh di seberang benua.

Juliana, awalnya dikabarkan hilang di Rinjani oleh pendampingnya pada Sabtu (21/6) pagi. Perempuan malang itu baru ditemukan 600 meter di bawah jalur pendakian, dengan posisi tertelungkup di dasar jurang berbatu, lima hari kemudian.

Gunung Rinjani memang menawarkan keindahan alam luar biasa, namun juga menyimpan risiko yang besar. Setiap musim pendakian, gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut ini menyambut ribuan pendaki dari seluruh dunia. Jalurnya panjang, cuacanya tidak menentu, dan medannya menyimpan kejutan.

Pendaki Rinjani Sebagai Tim Puncak (Summit), Teddy, menceritakan pendakian di gunung ini memang sangat berat. Fisik dan mental harus benar-benar siap untuk menghadapi Summit.

“Menuju puncak itu kita enggak bisa sembarang jalan, kebanyakan pendaki itu membungkuk atau merangkak. Tujuannya biar enggak terbawa angin apabila berdiri, terus biar bisa cepat menghindari batu juga kalau misalkan ada longsor. Kalau kita menunduk itu kita lebih bisa raih mudah bantuan tangan untuk pegangan, jadi gak cepat merosot,” kata Teddy kepada Liputan6.com, Senin (30/6/2025).

Ia melanjutkan, puncak Rinjani juga cukup kecil, dan pendaki-pendaki lain harus antre untuk sekedar foto. “Mungkin cuma 2,5 meter diameternya untuk kita bisa jalan.”

Ini belum ditambah suhu dingin di puncak Rinjani yang mencapai 10-15 derajat celcius. Di sana juga tidak ada ranger ataupun warga lokal.

Sementara Bram Toki, Pendaki Rinjani Sebagai Team Leader Pendakian mengatakan, berdasarkan pengalamannya, tidak ada tim medis yang standby di Rinjani.

“Hanya ada pendaki-pendaki lain yang berusaha saling bantu jika terjadi sesuatu. Tapi kalau yang tugasnya langsung sih, sepengalaman kita naik gunung, enggak ada yang jagain. Apalagi di pos-pos di atas,” kata Bram kepada Liputan6.com, Senin (30/6/2025).

Ia menceritakan, awalnya dalam mendaki Rinjani termasuk mudah. Namun, menuju ke puncak banyak tantangan yang harus dilalui.

“Memang jalannya awal landai. Landainya tuh landai yang belum masuk hutan. Kan kita melewati ladang dulu, terus savana, ada rumput-rumput gitu dan masuk kita ke hutan. Hutannya tuh sudah mulai ada yang landai, ada yang curam juga. Karena jalur sembalun itu termasuk jalur yang bisa dibilang enaklah buat mendaki. Walaupun agak panjang, tapi jalurnya masih enak.”

“Saya berjalan di belakang, walau team leader tapi saya yang nge-backup semua, memastikan semuanya aman,” ucap dia.

Exit mobile version