Pemerintah Kota (Pemkot) Padang, Sumatera Barat (Sumbar) masih terus bergerak untuk membersihkan sampah yang berapa di sejumlah titik sebanyak 3.327 ton sampah yang harus segera dievakuasi demi keamanan pantai dalam waktu sembilam hari.
“Meski volumenya sangat besar, tidak semua material perlu diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Fadelan Fitra Masta dikutip dari Antara, Rabu (3/12/2025).
Fadelan menegaskan, total dari tumpukan sampah yang fantastis mencapai 3.327 ton itu mencakup backlog lima hari, sampah spesifik bencana yang diakibatkan dari pemukiman yang terdampak.
“Serta kayu gelondong dalam jumlah besar yang terbawa dari hulu sungai, mengakibatkan beberapa titik di pantai ini menjadi lautan kayu, beban sampah yang terbesar adalah kayu gelondongan yang diperkirakan mencapai 1.100 ton,” kata Fadelan.
Namun, DLH menyatakan bahwa angka sampah yang harus diangkut tidak sampai separuhnya, karena ada beberapa manfaat bagi kawasan pesisir dari hasil pascabencana tersebut.
Masyarakat di kawasan pesisir juga membantu mengevakuasi sampah-sampah kayu yang berserakan di pesisir panti, namun ada maksud lain dari masyrakat pesisir untuk memungut sampah-sampah tersebut.
Kayu-kayu yang diangkut oleh pesisir pantai itu memanfaatkan kayu tersebut sebagai pelaku usaha kecil yang menggunakan sebagai bahan bakar untuk produksi
“Kami berupaya agar tidak semua sampah kayu masuk ke TPA. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat, sebagian besar akan kami salurkan ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif,” ucap Fadelan.
Harapan dari Langkah yang Optimal
Petugas Lembaga Pengelola Sampah (LPS) dan bank sampah menyampaikan, sejak hari pertama pemulihan pascabencana, mereka langsung menerapkan pemilahan langsung di tempat kejadian, sehingga material yang didapatkan sebagian segera dimanfaatkan kembali melalui pendekatan 3R (reduce, reuse, recycle).
Langkah tersebut menjadi bantuan untuk mengurangi tekanan pada armada dan mempercepat proses dalam menormalisasi layanan.
Dan juga untuk memastikan bahwa penanganan ini bukan hanya secara cepat, tetapi dengan secara efisien dan berawasan lingkungan.
Dengan langkah yang optimal, pemanfaatan ulang material ini diyakini menjadi targetmya dalam sembilan hari dapat tercapai. zona penanganan juga di sebarluaskan di setiap area yang terdampak, agar memporel penanganan yang terstruktur, terukur, dan tepat waktu sesuai yang ditargetkan.
“Seluruh langkah ini dilakukan untuk memastikan pemulihan Kota Padang berlangsung cepat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sampah,” jelas dia.
Dari langkah-langkah yang dilakukan ini harapannya adalah untuk memelihara lingkungan sekitar pantai dan untuk memastikan setiap sampah yang diangkut sudah dipilah agar tetap terstruktur dan tidak berantakan.
Masyarakat pun juga punya harapan dibalik bencana yang terjadi, karena setiap kayu yang dipilah bisa dihasilkan sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk kedepannya.
Basarnas Gunakan Jalur Laut dan Udara untuk Distribusi Logistik ke Aceh, Sumut, dan Sumbar
Sebelumnya, Kepala Basarnas Marsekal TNI Mohammad Syafii menyampaikan bahwa pihaknya mengerahkan berbagai sarana, mulai dari laut hingga udara, untuk menyalurkan bantuan logistik kepada korban banjir dan longsor di Aceh dan Sumatera.
Ia menjelaskan bahwa seluruh armada yang tersedia di Kantor SAR telah digunakan secara maksimal dalam operasi kemanusiaan ini. Kapal-kapal dan berbagai sarana laut dikerahkan untuk menjangkau wilayah yang terisolasi akibat kerusakan akses darat.
“Kemudian untuk jalur-jalur logistik, kita juga menggunakan seluruh sarana yang ada di Kantor SAR berupa kapal-kapal, sarana laut, dan juga kekuatan udara, Badan SAR Nasional juga mengerahkan pesawat yang dari Tanjung Pinang,” kata Syafii kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
“Kemudian yang dari Jakarta atau dari Bogor, dan juga yang dari Surabaya kita rapatkan ke sana,” sambungnya.
Selanjutnya, untuk pencarian korban bencana tersebut pihaknya menggunakan anjing pelacak atau K-9. “Pencarian, karena memang sudah mulai terbuka, kita sudah menggunakan K9 untuk membantu,” ujarnya.
Jenderal bintang tiga ini menjelaskan, penggunaan K-9 ini dikarenakan kondisi lokasi yang mempunyai kesulitan pasca banjir dan adanya lumpur.
“Karena kondisi korban, khususnya yang akibat bencana banjir lumpur, tentunya ini mengalami kesulitan tersendiri pada saat lumpur itu ketebalannya tersendiri,” jelasnya.
“Kemudian di dalamnya bercampur dengan kayu dan mulai lumpur ini mulai mengering. Sehingga kita membutuhkan salah satunya adalah K-9. Mungkin itu,” pungkasnya.










