Berapa banyak di antara kamu yang pernah mendengar istilah Risk Based Capital yang juga biasa disingkat dengan RBC? Bagi yang jarang berurusan dengan dunia produk keuangan, khususnya asuransi, istilah tersebut mungkin masih asing terdengar di telinga dan tak tahu apa maksudnya. RBC merupakan istilah yang penting untuk diketahui bagi yang berencana membeli produk asuransi, apapun jenisnya.
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan Risk Based Capital atau RBC adalah cara atau metode untuk mengukur batas dari tingkat solvabilitas agar mengetahui kesehatan kondisi keuangan suatu perusahaan asuransi. Pasalnya, jika ingin mendapatkan layanan perlindungan asuransi yang terbaik dan paling sesuai dengan kebutuhan, kamu wajib memastikan kondisi keuangan perusahaan yang menyediakan produk tersebut kondusif. Tujuannya tidak lain agar proses pengajuan klaim perlindungannya mampu berjalan lancar sewaktu-waktu dibutuhkan.
Tidak hanya harus memahami pengertiannya, manfaat, cara mengukur, hingga ketentuan RBC sesuai dengan aturan OJK juga wajib untuk diketahui. Nah, jika ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu RBC dan berbagai hal penting terkait istilah tersebut, simak pembahasan berikut ini.
Pengertian Risk Based Capital atau RBC
Risk Based Capital (RBC)
Seperti yang sempat dibahas sedikit sebelumnya, Risk Based Capital atau bisa juga disingkat sebagai RBC adalah suatu metode pengukuran atau penilaian batas dari tingkat solvabilitas sebuah perusahaan asuransi. Dengan mengetahui batas dari tingkat solvabilitas menggunakan RBC, kamu jadi bisa mengetahui tingkat kesehatan dari kondisi keuangan sebuah perusahaan asuransi.
Pada dasarnya, rasio solvabilitas memang cenderung saling berjalan beriringan dengan kondisi keuangan sebuah perusahaan asuransi. Sebagai contoh, makin tinggi tingkat solvabilitas yang dimiliki sebuah perusahaan asuransi, kondisi keuangannya juga bisa dibilang makin sehat. Sebaliknya, kondisi keuangan perusahaan asuransi terbilang mengkhawatirkan jika tingkat solvabilitas yang dimilikinya rendah.
Melalui aktivitas pengukuran batas dari tingkat solvabilitas suatu perusahaan ini, setidaknya terdapat 2 hasil yang mampu diraih. Pertama, memastikan kemampuan dari perusahaan asuransi untuk memenuhi kewajibannya, tak terkecuali dalam pembayaran pengajuan klaim yang dilakukan oleh nasabahnya.
Kedua, mengetahui jumlah modal yang diperlukan dari tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Hal tersebut juga berkaitan pula dengan pengelolaan kekayaan dan juga kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan.
Manfaat dari Mengetahui Risk Based Capital
Manfaat RBC
Sebelum memilih suatu produk asuransi sesuai kebutuhan, kamu harus lebih dulu mengetahui bagaimana kondisi keuangan dari perusahaan penyedia layanan tersebut. Dengan kondisi keuangan yang sehat dan stabil, artinya ada jaminan terhadap pertanggungan kerugian atau manfaat ganti rugi yang diderita oleh nasabah sesuai dengan syarat, ketentuan, dan aturan pada polis. Jadi, risiko mengalami penolakan terhadap pengajuan klaim manfaat asuransi akibat kondisi keuangan yang buruk oleh perusahaan asuransi tidak sampai terjadi.
Jika sebuah perusahaan asuransi memiliki kondisi keuangan yang sehat, sudah pasti tingkat kepercayaan dari nasabahnya juga menjadi makin tinggi. Kalau kondisi keuangannya saja menunjukkan indikasi tidak sehat atau bahkan terus merugi dan rawan gulung tikar, nasabah pasti akan berhenti untuk membeli produknya daripada harus menelan pil pahit ke depannya.
Salah satu faktor atau indikasi yang bisa menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan keuangan ini adalah bukti otentik bahwa perusahaan tersebut memiliki kondisi finansial yang sehat dan prima. Inilah yang menjadi salah satu tujuan atau manfaat utama dari RBC.
Tentunya, melalui RBC, kamu tidak hanya mampu mengetahui tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan asuransi. Melainkan, ada sejumlah manfaat lain yang bisa didapatkan melalui perhitungan RBC perusahaan, antara lain:
- Menjadi data atau informasi dalam melihat kebutuhan dari modal perusahaan untuk mengelola aset kekayaan serta kewajibannya sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapinya.
- Mengetahui faktor risiko dari kondisi kepailitan atau kebangkrutan.
- Mengantisipasi dan juga menekan biaya kepailitan atau kebangkrutan.
- Mengantisipasi terjadinya masalah keuangan, seperti gagal bayar yang mungkin terjadi di masa mendatang.
- Sebagai data atau informasi bagi pemerintah agar mampu mengetahui nilai aktual dari sebuah ekuitas.
- Menjadi data atau informasi bagi publik dalam memilih dan menentukan perusahaan asuransi yang kredibel dan dapat dipercaya.
Ketentuan RBC Sesuai dengan Aturan OJK
Jika mengacu pada POJK Nomor 71 tahun 2016, ketentuan terkait RBC minimal menurut OJK atau Otoritas Jasa Keuangan adalah 120%. Hal ini berarti jumlah keseluruhan nilai dari aset bebas maupun kekayaan tersisa pasca perusahaan asuransi mampu memenuhi seluruh kewajibannya adalah paling tidak sejumlah 120% dari tingkat risiko yang dihadapi.
Secara berkala, setiap perusahaan asuransi diharuskan untuk melapor rasio solvabilitas yang dimilikinya pada pemerintah. Jika nilai dari RBC serta rasio kecukupan investasinya di bawah 100% di akhir tahun, perusahaan yang bersangkutan akan dinyatakan mengalami masalah keuangan serta wajib menjalani upaya perbaikan atau penyehatan finansial.
Tidak hanya menentukan nilai minimal RBC saja, OJK juga memiliki hak untuk meminta perusahaan yang bersangkutan untuk menaikkan tingkat solvabilitas apabila dinilai perlu dilakukan. Pihak perusahaan pun harus mampu memenuhi target dari solvabilitas yang sudah ditentukan.
Apabila hal tersebut tidak bisa dipenuhi, pihak perusahaan dilarang membayar atau memberi dividen maupun imbalan dengan bentuk apa saja pada pihak pemilik saham serta stake holder lain. Hal tersebut harus dilakukan dengan tujuan agar pihak perusahaan mampu mencapai tingkat solvabilitas yang ditargetkan terlebih dulu serta menjamin kondisi finansialnya sehat dan stabil, pun sesuai dengan ketentuan RBC menurut OJK.
4 Komponen RBC atau Risk Based Capital
Pada perhitungan RBC atau Risk Based Capital, terdapat 4 komponen yang penting untuk diperhatikan. Keempat komponen tersebut adalah Schedule A atau Asset Default, Schedule B atau Currency Mismatch, Schedule C atau Claim Experience Worse than Expected, dan Schedule D atau Reinsurance Risk.
Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen penting dalam perhitungan RBC tersebut.
1. Schedule A atau Asset Default
Komponen ini digunakan agar mengetahui jumlah dana atau modal yang dibutuhkan agar bisa mengantisipasi risiko penurunan dari nilai kekayaan maupun menghilangnya pemasukan yang berasal dari kekayaan atau aset yang bersangkutan.
2. Schedule B atau Currency Mismatch
Sedangkan untuk schedule B digunakan untuk mengetahui jumlah dana atau modal yang dibutuhkan agar bisa menyiasati risiko fluktuasi dari setiap jenis valuta atau mata uang yang bisa memicu peningkatan total kewajiban yang perlu ditanggung oleh perusahaan. Perhitungan tersebut hanya dibutuhkan apabila perusahaan mempunyai kekayaan maupun kewajiban dalam bentuk valuta asing.
Perlu dipahami bahwa kewajiban dari perusahaan terhadap sebuah mata uang atau valuta lebih besar ketimbang kekayaan, maka setiap selisih dari kewajiban terhadap kekayaan harus dikenakan dengan faktor sejumlah 0,5.
3. Schedule C atau Claims Experience Worse than Expected
Komponen ini berguna dalam perhitungan jumlah dari dana atau modal yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko atas perbedaan dari klaim yang diperkirakan serta klaim yang diajukan sesungguhnya. Penerapan dari perhitungan ini di antaranya untuk mengantisipasi terhadap klaim dari asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan diri.
4. Schedule D atau Reinsurance Risks
Terakhir, pada komponen ini digunakan agar bisa menghitung jumlah dari dana atau modal yang dibutuhkan dan mampu mengantisipasi risiko terjadinya reasuransi akibat kesulitan finansial. Jika kesulitan finansial tersebut terjadi, dampak yang muncul dapat menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban perusahaan guna membayar klaim.
Melalui keempat komponen tersebut, nilai dari RBC sebuah perusahaan asuransi bisa diketahui dengan akurat dan tepat. Tentunya, sebelum memutuskan untuk menggunakan layanannya, pastikan bahwa tingkat solvabilitas perusahaan asuransi tinggi agar mampu memastikan bahwa kondisi keuangannya sehat dan terhindar dari beragam risiko masalah keuangan yang mampu mengganggu manfaat produk keuangan tersebut.