Trump Umumkan Kesepakatan Dagang dengan Indonesia, Tarif 32% Ditarik Jelang Batas 1 Agustus

Diposting pada

Washington/Jakarta, 15 Juli 2025 — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan dagang dengan Indonesia, sebagai bagian dari upayanya mengurangi defisit perdagangan dan memperkuat hubungan bilateral. Hal ini disampaikannya lewat unggahan di platform Truth Social pada Selasa (15/7) waktu setempat.

Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “kesepakatan hebat untuk semua pihak” dan mengatakan dirinya bernegosiasi langsung dengan Presiden Indonesia. Detail kesepakatan akan diumumkan dalam waktu dekat.

Kesepakatan tersebut muncul menyusul surat resmi dari Trump yang mengancam akan menerapkan tarif 32% terhadap produk Indonesia, efektif mulai 1 Agustus 2025, kecuali jika terjadi negosiasi ulang. Indonesia merupakan satu dari 24 negara yang menerima ancaman tarif baru tersebut, bersama Jepang, Kanada, Brasil, dan negara-negara Uni Eropa.

Menurut Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kemenko Perekonomian RI, pemerintah tengah menyiapkan pernyataan bersama yang akan mencakup tarif timbal balik, pengaturan non-tarif, dan komitmen komersial baru.

Perdagangan AS–Indonesia pada 2024 tercatat senilai hampir USD 40 miliar, dengan AS mengalami defisit USD 18 miliar. Produk utama ekspor Indonesia ke AS termasuk minyak sawit, peralatan elektronik, alas kaki, karet, dan udang beku.

Kesepakatan dengan Indonesia menjadi bagian dari strategi Trump untuk mencapai “90 kesepakatan dalam 90 hari.” Sebelumnya, AS juga telah mencapai kerangka kerja dagang dengan Vietnam dan Inggris, serta kesepakatan sementara dengan Tiongkok.

Di sisi lain, Uni Eropa mengancam akan menerapkan tarif balasan senilai 72 miliar euro terhadap produk AS, jika kesepakatan dagang dengan Washington gagal dicapai. Trump mengancam akan memberlakukan tarif 30% atas impor dari Uni Eropa mulai 1 Agustus, termasuk terhadap mobil, pesawat Boeing, bahan kimia, dan produk makanan.

Uni Eropa menyatakan kesiapan untuk membalas jika diplomasi perdagangan dengan AS menemui jalan buntu.