Tiga Negara Ini Paling Terdampak Jika Iran Tutup Selat Hormuz

Diposting pada

Jakarta, 24 Juni 2025 — Ketegangan geopolitik meningkat usai Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, menyusul serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Parlemen Iran telah menyetujui rencana penutupan tersebut dan kini tinggal menunggu persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Jika terlaksana, penutupan Selat Hormuz berpotensi melumpuhkan sepertiga perdagangan minyak dunia, sebab jalur sempit ini dilewati lebih dari 20 juta barel minyak per hari. Tiga negara disebut akan paling menderita jika Iran benar-benar menutup selat ini:

  1. India
    Sebanyak 85% kebutuhan minyak India berasal dari impor, dan 60% di antaranya dikirim lewat Selat Hormuz. Dampaknya bisa berupa lonjakan harga energi, inflasi, pelemahan rupee, hingga terganggunya sektor industri dan logistik. India hanya memiliki cadangan minyak untuk bertahan sekitar 30 hari.
  2. China
    Sebagai importir minyak terbesar dunia, China mengimpor sekitar 42% minyak dari kawasan Teluk. Jika pasokan terputus, krisis energi, lonjakan harga, gangguan rantai pasok, dan ketegangan sosial diprediksi akan terjadi. Meskipun memiliki cadangan strategis, krisis lebih dari dua minggu bisa memaksa China mengambil langkah ekstrem.
  3. Jepang
    Dengan lebih dari 90% impor minyaknya melalui Hormuz, Jepang terancam pemadaman listrik, gangguan industri otomotif, lonjakan harga BBM, dan potensi protes sosial. Ekonominya sangat rentan karena ketergantungan pada energi impor.

Negara Lain: AS dan Negara Teluk

Amerika Serikat akan terdampak secara tidak langsung. Meski kini menjadi pengekspor bersih energi dan memiliki cadangan strategis lebih dari 370 juta barel, kenaikan harga minyak global akan memicu inflasi domestik.

Sementara itu, negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA akan menderita secara ekonomi, karena sebagian besar ekspor minyak mereka melewati Selat Hormuz. Meskipun memiliki jalur pipa alternatif seperti Petroline dan Habshan-Fujairah, kapasitasnya terbatas dan tak cukup untuk menutupi volume ekspor normal.

Jika penutupan Selat Hormuz benar-benar terjadi, dunia akan menghadapi guncangan energi global yang bisa memicu resesi di berbagai negara.