Liputan6.com, Beijing – Pria asal Tiongkok yang dulunya bekerja di tambang batu bara bersama sang ayah, belakangan ini sempat viral di media sosial usai meraih gelar doktor (PhD) di bidang teknik pertambangan.
Pria berusia 30-an tahun itu dikenal dengan nama “Si Penambang No. 3”
Baru-baru ini, ia membagikan halaman ucapan terima kasih dari disertasi doktoralnya di media sosial, lengkap dengan kisah masa kecilnya yang penuh perjuangan, dilansir dari SCMP, Jumat (25/7/2025).
Ia tumbuh di lingkungan yang sederhana. Di usia 12 tahun, ia mulai ikut turun ke pertambangan bersama ayahnya, sementara sang ibu mengurus rumah.
Demi mengejar masa depan, ia bekerja part-time sebagai buruh bangunan, pelayan restoran, juru masak, hingga penambang, sambil menjalani pendidikannya.
Pada usia 19 tahun, setelah gagal di percobaan pertama, ia akhirnya lolos ujian masuk perguruan tinggi nasional (gaokao) dan diterima di perguruan tinggi vokasi untuk mempelajari teknik geologi.
Pada usia 19 tahun, setelah gagal di percobaan pertama, ia akhirnya lolos ujian masuk perguruan tinggi nasional (gaokao) dan diterima di perguruan tinggi vokasi untuk mempelajari teknik geologi.
Perjalanan pendidikannya tak mudah. Saat studi pascasarjana, ia tinggal dan bekerja lebih dari setahun di proyek tambang batu bara Tashan, Provinsi Shanxi, Tiongkok utara.
Di jenjang doktoral, ia kembali menjalani kerja lapangan di wilayah terpencil Xinjiang selama satu tahun.
Ia menyebut program bantuan pengentasan kemiskinan pemerintah serta dukungan dari para mentor akademiknya sebagai pendorong utama dalam menyelesaikan riset.
Tak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih kepada teman sekamarnya, Zhang Yan, yang pernah membantunya secara finansial.
“Ponsel pertama saya adalah hadiah dari Zhang. Dari dua celana panjang yang saya punya, salah satunya dulu milik dia,” tulisnya.
Di usia 27 tahun, ia bertemu dengan kekasihnya. Dalam unggahannya, ia juga berterima kasih kepada kedua orang tua sang kekasih.
“Dia seperti pelita dalam hidup saya. Kami tumbuh bersama melalui masa-masa sulit,” katanya.
Ia juga bangga pada kedua orang tuanya. Sang ayah dikenal pantang menyerah, dan ibunya adalah sosok penuh kekuatan dan kelembutan.
Riset doktoralnya berfokus pada Tunnel Boring Machines, alat berat yang digunakan dalam pembangunan terowongan bawah tanah, proyek air, dan rekayasa daya.
Meski menolak mengungkap identitasnya karena alasan pekerjaan, ia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain.
Bulan lalu, ia resmi meraih gelar doktor dari Beijing University of Technology. Ia menutup tesisnya dengan kalimat yang mencerminkan filosofi hidupnya: “Hati seorang pria tetap sekeras besi hingga akhir hayatnya.”