Liputan6.com, Jakarta Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar pembagian makanan bernutrisi tapi juga sebagai sarana edukasi mengenai konsep gizi seimbang.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa program MBG tidak hanya soal menyediakan makanan, tetapi juga soal menanamkan kebiasaan mengenai gizi seimbang.
“MBG bukan sekadar intervensi gizi jangka pendek. Ia kami pandang sebagai strategi menyiapkan generasi produktif dalam 20 tahun ke depan. Kita ingin membantu anak-anak sekarang dari yang masih di kandungan hingga usia sekolah agar kelak menjadi tenaga kerja yang sehat dan produktif,” kata Dadan beberapa waktu lalu.
Dadan menyebut tantangan ekonomi keluarga sebagai akar masalah perilaku makan. Hal ini menyebabkan sulit bagi sebagian kalangan tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi.
“Sekitar 60 persen anak-anak tidak memiliki akses penuh terhadap makanan bergizi,” ujarnya.
Hal di atas menjadi salah satu alasan BGN menempatkan MBG dan program edukasi sebagai prioritas operasional.
Dalam program MBG penyusunan menu menerapkan pedoman gizi seimbang. Sehingga makanan yang disajikan di sekolah ataupun layanan komunitas memenuhi standar nutrisi yang jelas. Upaya ini menjadi momen edukasi langsung untuk anak-anak, orang tua, dan penyelenggara layanan.
BGN juga mengambil pendekatan edukasi berbagai lapis masyarakat. Misalnya di sekolah-sekolah, materi Isi Piringku berisi pedoman praktis dari Kementerian Kesehatan yang menggarisbawahi proporsi sayur-buah, sumber karbohidrat, dan lauk pauk dijadikan modul pembelajaran dan praktik langsung melalui demo makanan sehat.