Site icon Info Bet Gratis – Main Zeus Gacor

Survei CERAH: Regulasi Tak Konsisten Hambat Perbankan Dukung Transisi Energi

Survei CERAH menunjukkan bahwa 59 persen pelaku perbankan di Indonesia telah merasakan dampak isu iklim terhadap arah investasi. Isu keberlanjutan mulai menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan keuangan, namun sebagian besar bank belum sepenuhnya berani menyalurkan dana ke sektor hijau.

“Tanpa adanya insentif pemerintah atau instrumen derisking, beban risiko sebagian besar ditanggung oleh bank, sehingga lembaga keuangan cenderung lebih berhati-hati dan masih melihat sektor fosil sebagai pilihan yang lebih terjamin dari sisi pengembalian,” ujar Outreach and Advocacy Associate CERAH Anastasia Kriestella, dalam diskusi publik peluncuran laporan survei dikutip Jumat (31/10/2025).

Mengacu pada laporan bertajuk “Perbankan Indonesia di Persimpangan Transisi Energi Terbarukan: Analisis Persepsi Pakar dan Opinion Maker di Indonesia”, keputusan bank dalam pembiayaan keberlanjutan dinilai masih banyak dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap regulasi.

Bank BUMN cenderung mengikuti arahan pemerintah dan OJK, sementara bank swasta lebih memilih langkah sukarela, meski tetap terikat dengan kebijakan yang berlaku.

Dianggap Berisiko Tinggi

Regulasi pemerintah sendiri dinilai belum cukup kuat mendorong transisi energi bersih. Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang menetapkan harga batu bara domestik hanya USD 70 per ton membuat energi terbarukan tampak kurang kompetitif.

Kondisi ini memperkuat kecenderungan bank untuk tetap menyalurkan kredit ke sektor fosil.

Proyek energi terbarukan juga masih dianggap berisiko tinggi. Periode pengembalian modal yang panjang, rekam jejak yang terbatas, dan biaya due diligence yang besar membuat perbankan lebih berhati-hati menyalurkan pendanaan.

Data CERAH mencatat, hingga akhir 2024, pembiayaan bank ke sektor pertambangan dan penggalian mencapai Rp 373 triliun, jauh lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan untuk energi terbarukan yang baru sekitar Rp 55 triliun.

Anastasia menegaskan, lemahnya tekanan kebijakan untuk menahan pembiayaan batu bara dapat menghambat komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) 2060. Padahal, dibutuhkan dana sekitar USD 20–40 miliar per tahun untuk mencapai target tersebut.

Kebijakan Keuangan Berkelanjutan

Karena itu, CERAH menilai langkah penting yang harus dilakukan pemerintah adalah mempercepat penerapan kebijakan keuangan berkelanjutan yang bersifat wajib, serta memberikan dukungan berupa keringanan pajak, jaminan risiko, dan skema fiskal lainnya agar bank lebih berani mengalihkan portofolio pembiayaan ke proyek energi terbarukan.

Exit mobile version