Surplus Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Dorong Penguatan Rupiah

Diposting pada

Nilai tukar rupiah menguat tipis pada perdagangan Jumat (21/11/2025) karena adanya sentimen positif dari surplus neraca transaksi berjalan Indonesia. Rupiah pada pembukaan hari ini bergerak 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 16.731 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 16.736 per dolar AS. 

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa data terkini Bank Indonesia (BI) memberi angin segar bagi pasar.

“Data yang menunjukkan surplus besar (surplus pertama dalam 10 kuartal) pada neraca transaksi berjalan Indonesia kemarin masih mendukung rupiah,” ujarnya dikutip dari Antara.

BI melaporkan transaksi berjalan pada triwulan III-2025 mencatat surplus USD 4,0 miliar (1,1 persen PDB), berbalik dari defisit USD 2,7 miliar pada triwulan sebelumnya.

Ini sekaligus menjadi surplus pertama sejak kuartal I-2023 dan yang terbesar sejak kuartal III-2022, ditopang kenaikan ekspor nonmigas.

Meski begitu, BI juga mencatat defisit pada transaksi modal dan finansial sebesar USD 8,1 miliar pada periode yang sama. Alhasil, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2025 tercatat defisit USD 6,4 miliar.

Adapun cadangan devisa September 2025 tetap solid pada USD 148,7 miliar.

Pelemahan Dolar AS

Selain faktor domestik, rupiah juga mendapat dorongan dari melemahnya dolar AS. Kondisi tersebut terjadi setelah rilis data ekonomi AS yang menunjukkan hasil bervariasi sehingga menekan pergerakan greenback.

Mengutip Anadolu, perekonomian AS menambah 119 ribu lapangan kerja pada September, jauh di atas ekspektasi pasar. Sebagian besar pertumbuhan terjadi pada sektor kesehatan (43 ribu), bantuan sosial (14 ribu), serta bar dan restoran yang menambah 37 ribu tenaga kerja.

Namun, tidak semua sektor mencatat hasil positif. Transportasi dan pergudangan kehilangan 25 ribu pekerjaan, sementara sektor jasa profesional turun 20 ribu, didorong penurunan tenaga bantuan sementara sebanyak 16 ribu. Pemerintah federal juga kehilangan 3 ribu pekerjaan.

Data yang beragam ini membuat dolar AS melemah sehingga membuka ruang bagi rupiah untuk bergerak positif.

Cadangan Devisa Masih Tinggi

Melihat kombinasi faktor global dan domestik, analis menilai peluang penguatan rupiah masih terbuka. Surplus neraca transaksi berjalan menjadi faktor fundamental yang memberi keyakinan bagi investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.

Selain itu, cadangan devisa yang tetap tinggi memberikan bantalan bagi stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global. Meski transaksi modal dan finansial masih mencatat defisit, stabilitas eksternal Indonesia dinilai cukup terjaga.

Dengan berbagai sentimen tersebut, rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.650 per dolar AS–Rp 1 6.750 per dolar AS dalam jangka pendek. Pelaku pasar masih menanti data ekonomi global tambahan serta kebijakan perbankan sentral AS yang dapat memengaruhi arah pergerakan dolar AS.