Tahun baru punya resolusi ingin investasi? Jika kamu salah satu tipe orang yang berani mengambil risiko, investasi saham sangat cocok. Pasalnya karakteristik investasi saham high risk, high return. Risiko tinggi, tapi keuntungan juga besar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, basis investor saham yang notabene-nya generasi milenial sudah mencapai 60% dari total investor saham yang ada di BEI. Namun demikian, hasil poling New Harris melalui aplikasi Stash seperti dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hampir 80% anak muda justru tidak melirik tanam modal di pasar saham.
Sebanyak 34% dari generasi muda ini menyatakan ogah investasi saham lantaran sistem kerja di pasar saham yang terlalu sulit untuk dipelajari atau dipahami. Ya tahu sendiri, istilah-istilah di pasar modal, khususnya saham sangat banyak, seperti bullish, bearish, dan masih banyak lainnya.
Padahal di Indonesia, memulai investasi saham sangat mudah. Modal untuk investasi pun saat ini dimulai dari Rp100 ribu. Tidak perlu setor uang jutaan rupiah. Kamu bisa belajar saham di website Yuk Nabung Saham.
Juga ikut pelatihan-pelatihan atau masuk sekolah pasar modal. Belajar otodidak juga bisa dengan bertanya pada teman yang sudah lebih dulu masuk ke pasar modal maupun membaca buku dan mencari tahu di internet.
Memang sih untuk investasi saham, kamu harus paham pengetahuan dasar lebih dulu. Mulai dari belajar membaca pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kapan waktu yang tepat membeli atau menjual saham, hingga mempelajari strategi dan mitigasi risiko kerugian.
Buat kamu investor pemula, simak nih strategi investasi saham agar untung bukan buntung seperti dirangkum Cermati.com dari laman resmi Sikapi Uangmu dari OJK:
Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!
1. Strategi Membeli Saham
Strategi membeli saham
Mengetahui kapan waktu terbaik untuk membeli saham bisa dilihat melalui dua analisis yang dapat kamu lakukan. Pertama analisis teknikal, kedua analisis fundamental.
- Analisis fundamental mengacu pada pendekatan kondisi politik, ekonomi, serta tren usaha. Kamu bisa melihatnya melalui laporan keuangan perusahaan atau emiten
- Analisis teknikal menggunakan pergerakan pendekatan saham pada rentang waktu tertentu, termasuk harga dan fluktuasi, serta informasi titik tertinggi dan titik terendah saham.
Yang perlu kamu perhatikan adalah:
- Jangan melihat pada harga saham yang paling murah. Akan tetapi harga saham dari perusahaan yang pantas untuk dibeli. Percuma jika membeli saham di perusahaan yang punya kinerja buruk, sehingga tidak memberikan keuntungan untukmu.
- Kamu harus tahu hal-hal penting saat membeli saham sebuah emiten, seperti fluktuasi pergerakan IHSG akibat faktor eksternal maupun internal, profil dan tingkat likuiditas perusahaan, laba dari investasi pemegang saham di perusahaan, tren pasar, penjualan, serta Earning per Share (EPS) Growth.
Agar investasi saham menguntungkan, perlu srategi khusus saat membeli saham. Berikut ini 3 strategi yang harus kamu pelajari, yaitu:
- Buy If/On Breakout
Membeli saham ketika harga saham naik hingga mencapai resistance (harga tertinggi) atau naik hingga level tertentu.
- Buy On Weakness
Membeli saham ketika harga saham turun pada level tertentu. Pastikan harga saham aman untuk dibeli pada level tersebut.
- Buy On Retracement
Membeli saham setelah harga saham mengalami breakout (harga bawah). Pada umumnya, saham yang berhasil melewati kondisi breakout akan langsung mendaki tinggi.
2. Strategi Menjual Saham
Strategi menjual saham
Waktu terbaik untuk menjual saham adalah saat harga saham sedang naik atau yang biasa disebut profit taking. Namun, bagaimana jika harga saham turun? Saat tersebut, kamu bisa menjual saham dengan menetapkan cut loss.
- Cut loss merupakan istilah yang digunakan saat menjual saham dengan harga yang lebih rendah dari harga beli sehingga mengalami loss atau kerugian. Langkah ini mampu mencegah kerugian lebih besar akibat harga yang terus merosot.
- Cut loss sangat dianjurkan dilakukan oleh trader dan investor untuk menjaga modal yang dimiliki. Waktu paling baik untuk melakukan cut loss berbeda-beda, tergantung posisimu sebagai trader atau investor.
Jika kamu trader aktif, waktu terbaik untuk melakukan cut loss adalah saat saham yang dipegang terus menerus mengalami penurunan. Selalu perhatikan arah pergerakan saham untuk menentukan waktu yang tepat melakukan cut loss.
Sedangkan jika kamu investor (tipe investasi jangka panjang), waktu melakukan cut loss terbaik, yaitu ketika terjadi perubahan fundamental. Hal tersebut bisa dilihat dari kinerja fundamental perusahaan. Bila muncul berita buruk mengenai perusahaan atau emiten karena terimbas koreksi IHSG, saat itulah kamu sebaiknya mengambil langkah cut loss.
Ada dua cara yang bisa kamu jadikan acuan dalam menentukan titik cut loss:
- Berdasarkan harga beli
- Berdasarkan titik support. Adalah area atau tingkat harga yang diyakini sebagai titik terendah sebuah saham.
Jika berdasarkan harga beli, kamu sudah menetapkan cut loss sebesar 5-7%, maka cara tersebut dinilai kurang fleksibel karena tidak mempertimbangkan prospek pergerakan saham nantinya.
Sedangkan bila pakai titik support sebagai acuan, maka cut loss bisa ditetapkan dengan mempertimbangkan rekomendasi saham harian yang diberikan perusahaan sekuritas. Cara tersebut dinilai lebih fleksibel karena mengikuti pergerakan harga saham yang terjadi setiap hari.