Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan ketersediaan energi nasional berada dalam kondisi aman menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Pemerintah tetap menjaga pasokan energi nasional di tengah upaya pemulihan pascabencana yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra.
“Kita sama-sama tahu bahwa kondisinya di Tahun 2025 ini berbeda dengan kondisinya tahun sebelumnya. Karena kita kena musibah, terjadi bencana di Sumatra, khususnya di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dan Sebagian besar tenaga kita tercurahkan untuk mengerahkan seluruh kemampuan bangsa menolong saudara-saudara yang sedang menghadapi musibah di sana,” ujar Bahlil dalam konferensi pers bertajuk Kesiapan Sektor ESDM Menghadapi Periode Nataru di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/12).
Empat Fokus Kementerian ESDM Jaga Ketahanan Energi
Bahlil menjelaskan, terdapat empat fokus utama Kementerian ESDM dalam memastikan kesiapan sektor energi nasional, yakni ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM), Liquefied Petroleum Gas (LPG), pasokan listrik, serta mitigasi kebencanaan geologi.
Pada sektor BBM, ketahanan stok nasional dinilai berada di atas batas minimum. Ketahanan Pertalite (RON 90) tercatat mencapai 19 hari, lebih tinggi dari batas minimum nasional 17–18 hari. Sementara bensin RON 92 berada di atas 23 hari dan RON 95 di atas 31 hari.
Untuk jenis solar, batas ketahanan minimum berada di angka 14 hari. Solar subsidi CN48 tercatat memiliki ketahanan 15 hari, sedangkan solar non-subsidi CN53 mencapai sekitar 25 hari. Adapun ketahanan stok avtur berada di atas 29 hari.
“Artinya dari sisi stok BBM, cadangan nasional kita untuk menjalankan Natal dan Tahun Baru insyaallah aman. Jadi saudara-saudara kita yang akan merayakan Natal, jangan pikirkan tentang stok BBM, insyaallah semua aman,” imbuh Bahlil.
Stok LPG dan Kelistrikan Nasional dalam Kondisi Normal
Sementara itu, kondisi LPG nasional juga dinyatakan aman. Hingga Jumat (19/12), stok LPG tercatat sebesar 314.394 metrik ton (MT) dengan Daily Objective Throughput (DOT) mencapai 25.832 MT per hari. Dengan demikian, ketahanan stok LPG nasional berada di kisaran 12,17 hari.
Di sektor kelistrikan, Bahlil menyebutkan kondisi secara umum normal. Ketersediaan bahan baku pembangkit, baik BBM, gas, maupun batu bara, berada di atas 10 hari sehingga tidak ada kendala pasokan listrik secara nasional.
Untuk mitigasi kebencanaan geologi, Kementerian ESDM terus memantau aktivitas gunung api. Saat ini, terdapat tiga gunung api berstatus Siaga, yakni Gunung Lewotobi Laki-laki, Merapi, dan Semeru, serta 24 gunung api berstatus Waspada.
Pemulihan Energi di Wilayah Bencana
Pemerintah juga memprioritaskan pemulihan pasokan energi di wilayah terdampak bencana hidrometeorologi, khususnya di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Bahlil menyampaikan bahwa kondisi kelistrikan di Sumatra Utara dan Sumatra Barat telah berangsur pulih dan sebagian besar dapat diselesaikan dalam waktu sekitar satu minggu pascabencana.
Untuk Aceh, Bahlil memastikan pasokan listrik di Kota Banda Aceh telah kembali normal. “Tadi malam Banda Aceh sudah kembali normal seperti sebelum terjadi bencana, dengan daya 120 megawatt sudah kembali normal,” katanya.
Meski demikian, masih terdapat empat kabupaten di Aceh dengan tingkat pemulihan kelistrikan di bawah 50 persen, yakni Aceh Tamiang, Bener Meriah, Gayo, dan Aceh Tengah.
“Ini terjadi bukan karena mesin listriknya, bukan karena power plant-nya yang tidak bisa tersuplai, tetapi karena infrastruktur tegangan rendah di lapangan yang belum selesai. Ada sebagian jalan yang baru selesai, ada sebagian daerah yang masih banjir,” jelas Bahlil.
Ia menegaskan, pengaliran listrik ke wilayah tersebut belum bisa dipaksakan demi menjaga keselamatan warga. Secara umum, sistem kelistrikan utama di Aceh sudah terhubung, dan pemulihan akan terus dilanjutkan seiring perbaikan infrastruktur di lapangan.
Untuk pasokan BBM dan LPG di wilayah terdampak, kondisinya juga berangsur normal, kecuali di daerah yang akses jalannya masih terputus. Dalam kondisi tersebut, PT Pertamina melakukan upaya ekstra, termasuk pengiriman LPG menggunakan helikopter dan pesawat Hercules, terutama untuk wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah.

