BOGOR – Skandal beras oplosan yang menyeret merek ternama seperti Sania membuat suasana minimarket berubah drastis. Para karyawan kini menjadi tameng pertama amarah pelanggan, meski hanya menjalankan instruksi atasan.
Resa (24), Asisten Kepala Toko Alfamidi di Klapanunggal, Bogor, mengaku kerap dimarahi pelanggan lantaran beras Sania masih terpajang di rak. Padahal, dua pekan lalu, instruksi pusat sudah memerintahkan penarikan produk tersebut. Anehnya, hanya tiga hari berselang, produk itu kembali diizinkan dijual.
“Waktu dimarahi pelanggan, saya diam saja. Saya cuma jalankan perintah,” kata Resa, Kamis (25/7).
Sejak kasus mencuat, penjualan beras di tokonya merosot tajam. Dari sebelumnya 50 kilogram per hari, kini hanya terjual sekitar 15 kilogram. Toko bahkan mencoba menarik pelanggan dengan memberi potongan harga, namun dampaknya belum signifikan.
Di sisi lain, kondisi berbeda terlihat di minimarket lain seperti Alfamart dan Indomaret yang berada tak jauh dari lokasi. Di Alfamart, beras Sania masih laris diburu pembeli. Sementara di Indomaret, seluruh beras bermasalah sudah ditarik dan diganti merek lain seperti Ramos, Larrist, dan Pandan Wangi.
“Penjualan tetap normal, tidak ada keluhan,” ujar Asep (28), karyawan Indomaret.
Meski masing-masing toko punya strategi berbeda, satu hal jelas: kepercayaan publik terhadap produk beras tengah goyah, dan para karyawan garda depan jadi pihak pertama yang menanggung bebannya.