Sejarah Maskapai Air India yang Kecelakaan di Ahmedabad, Mulanya Hanya Membawa Kiriman Surat

Diposting pada

Liputan6.com, Jakarta – Kecelakaan nahas maskapai Air India dengan nomor penerbangan AI 171 menambah daftar panjang tragedi di dunia penerbangan. Pesawat yang membawa 242 orang tersebut jatuh di Ahmedabad, India, pada Kamis (12/6/2025).

Mengutip Forbes India, Air India yang awalnya dikenal sebagai Tata Air Services, memiliki sejarah panjang di industri penerbangan India. Didirikan oleh JRD Tata pada 1932, maskapai ini memulai perjalanannya dengan penerbangan pertama dari Karachi ke Mumbai menggunakan pesawat Puss Moth, membawa kiriman surat dan dua penumpang.

Visi Tata Air Service adalah untuk menciptakan maskapai yang tidak hanya melayani kebutuhan transportasi udara tetapi juga menetapkan standar baru dalam layanan dan operasi. Pada 1938, maskapai ini berganti nama menjadi Tata Airlines, dan kemudian menjadi Air India.

Sejak awal, Air India telah menjadi simbol inovasi dan standar tinggi, yang kemudian menjadi inspirasi bagi maskapai-maskapai penerbangan lain seperti Singapore Airlines dan Cathay Pacific. Namun, perjalanan maskapai ini tidak selalu mulus, terutama setelah nasionalisasi pada 1953.

Pasca kemerdekaan India, pemerintah memutuskan untuk menasionalisasi industri penerbangan, termasuk Air India. Pada 1953, melalui Undang-Undang Perusahaan Udara, Air India dan beberapa maskapai lainnya digabungkan menjadi dua perusahaan milik pemerintah: Air India untuk rute internasional dan Indian Airlines untuk rute domestik.

JRD Tata, meskipun menentang langkah ini, diangkat sebagai ketua Air India hingga 1978. Namun, campur tangan pemerintah sering kali menghambat operasional maskapai.

Keputusan untuk menggabungkan Air India dan Indian Airlines pada 2007 menjadi salah satu contoh dari kebijakan yang tidak tepat waktu. Kedua entitas tersebut sudah mengalami kerugian, dan penggabungan ini hanya memperburuk keadaan, dengan utang yang membengkak.

Puncaknya pada 2021, Tata Group mengambil alih Air India dari pemerintah, menandai era baru dalam sejarah maskapai ini. Dengan pesanan sebanyak 470 pesawat senilai 80 miliar USD, Air India sedang menjalani fase transformasi yang ambisius di bawah pemilik swasta baru, setelah bertahun-tahun dikendalikan oleh pemerintah.

Di atas kertas, maskapai ini mungkin bukan lagi maskapai nasional, tetapi sering dipanggil untuk melayani setiap kali ada permintaan nasional, yang terbaru adalah untuk mendatangkan jurnalis dan pemain kriket India yang terlantar setelah negara tersebut memenangkan Piala Dunia kriket T20 di Barbados.

“Air India saat ini bukanlah Air India masa lalu dan Air India saat ini tentu saja bukan Air India masa depan,” kata Campbell Wilson, CEO Air India kepada Forbes India dalam sebuah wawancara tahun lalu.

Maskapai ini tidak hanya berfokus pada ekspansi dan modernisasi armada, tetapi juga pada peningkatan standar layanan dan operasional. Air India merger dengan Vistara dan kemudian mengoperasikan divisi layanan penuh dan berbiaya rendah selain fokus untuk mendapatkan kembali reputasinya sebagai salah satu yang terbaik di angkasa. Namun sayangnya insiden pesawat jatuh yang kembali dialami Air India pada 12 Juni 2025 membuat langkah ini bisa stagnan, bahkan mundur.