
Tren kasus stroke di usia muda terus meningkat, termasuk pada anak-anak. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) mencatat adanya pasien stroke berusia 3 tahun akibat kelainan genetik. Pergeseran usia penderita stroke ke kelompok lebih muda ini juga terjadi secara global.
Direktur Medik dan Keperawatan RS PON, dr. Reza Aditya Arpandy, SpS, mengungkapkan bahwa melalui pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah, berbagai faktor risiko stroke pada usia muda mulai terdeteksi.
“Faktor risiko klasik seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes merupakan pemicu utama stroke di usia muda,” ujarnya saat ditemui di RS PON, Cawang, Jakarta Timur.
Namun, dr. Reza juga menyoroti adanya faktor non-klasik yang turut berkontribusi, salah satunya penyakit moyamoya kelainan genetik yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah otak, khususnya arteri karotis interna. Kondisi ini bisa memicu stroke bahkan pada usia 20 hingga 30-an tahun.
Ia menambahkan bahwa seseorang dengan riwayat keluarga dekat, seperti kakak kandung yang pernah mengalami stroke, sebaiknya menjalani pemeriksaan sejak dini di fasilitas kesehatan dengan layanan check-up komprehensif.
Moyamoya sendiri ditandai dengan terbentuknya pembuluh darah kecil baru di sekitar area penyempitan, yang menyerupai “kepulan asap” pada angiogram asal mula nama penyakit ini dalam bahasa Jepang.
Meski data pasti kasus moyamoya di Indonesia belum tersedia, prevalensinya diduga serupa dengan Jepang, yakni sekitar 0,5 per 100 ribu penduduk.
Dr. Reza pun menekankan pentingnya kesadaran akan risiko stroke pada usia muda dan pemeriksaan kesehatan sedini mungkin untuk pencegahan yang lebih efektif.