Rusia Siap Bantu Iran di Tengah Konflik, Kremlin: Semua Bergantung pada Kebutuhan Teheran

Diposting pada

Moskow, 24 Juni 2025 – Pemerintah Rusia menyatakan kesiapan untuk membantu Iran di tengah eskalasi militer yang meningkat di Timur Tengah, menyusul serangan Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas-fasilitas strategis Iran.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa bantuan akan diberikan sesuai kebutuhan Iran. “Kami telah menawarkan upaya mediasi kami. Ini juga merupakan bentuk dukungan bagi pihak Iran,” ujar Peskov dalam konferensi pers yang dikutip dari Anadolu.

Konflik antara Israel dan Iran memuncak sejak 13 Juni, setelah Tel Aviv meluncurkan serangan ke sejumlah lokasi militer dan nuklir di Iran. Sebagai balasan, Iran menggempur Israel dengan rudal, yang kemudian diikuti oleh serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Minggu (22/6). Presiden AS Donald Trump mengklaim serangan itu menimbulkan kerusakan besar.

Dalam pernyataannya, Peskov mengutuk meningkatnya jumlah aktor yang terlibat dalam konflik ini dan menyesalkan situasi tersebut. Ia juga menegaskan bahwa serangan AS tidak akan memengaruhi proses dialog antara Moskow dan Washington karena merupakan “proses independen”.

Peskov menyampaikan kekhawatiran soal potensi bahaya radiasi dari situs nuklir yang diserang, meski IAEA belum menemukan tanda-tanda kontaminasi.

Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengonfirmasi telah mengutus Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi ke Moskow untuk menyampaikan surat kepada Presiden Vladimir Putin dan meminta bantuan lebih lanjut. Menurut sumber yang dikutip Reuters, Iran merasa belum puas dengan dukungan Rusia sejauh ini dan ingin Moskow mengambil sikap lebih tegas terhadap Israel dan AS.

Araghchi, dalam pernyataannya kepada kantor berita TASS, menyebut Iran dan Rusia tengah mengoordinasikan posisi mereka terkait krisis yang tengah berlangsung.

Situasi ini menambah kekhawatiran global akan potensi konflik berskala luas, dengan dua kekuatan nuklir dunia, AS dan Rusia, kini terlibat secara langsung dalam ketegangan di kawasan.