Presiden Rusia Vladimir Putin mengajak Ukraina untuk mengambil melakukan pembicaraan langsung pada tanggal 15 Mei 2025.
Hal ini terjadi beberapa jam setelah para pemimpin Eropa mendesak Moskow untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. Dalam pidato larut malam yang jarang disiarkan di televisi dari Kremlin, Putin mengatakan bahwa Rusia sedang mencari “negosiasi serius” yang bertujuan agar perdamaian bisa bergerak maju ke yang lebih kuat dan langgeng.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer melakukan perjalanan ke Kyiv bersama dengan mitranya dari Prancis, Jerman, dan Polandia guna menekan Rusia agar berkomitmen pada gencatan senjata tanpa syaratMenanggapi tekanan tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow “akan mempertimbangkannya dengan matang,” namun memperingatkan bahwa “upaya untuk menekan kami tidak akan membuahkan hasil.”
Putin dalam pernyataannya menambahkan bahwa ia “tidak menutup kemungkinan” pembicaraan ini bisa menghasilkan kesepakatan gencatan senjata baru antara Rusia dan Ukraina. Ia mengusulkan agar perundingan diadakan di Istanbul, Turki, sebagaimana pernah dilakukan sebelumnya, dan berencana berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu untuk membahas detailnya.
Hingga saat ini, pihak Ukraina belum memberikan tanggapan atas undangan tersebut.
Hari Sabtu itu, Kyiv menjadi tuan rumah bagi Sir Keir, Presiden Prancis Emmanuel Macron, pemimpin Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk. Mereka tergabung dalam “koalisi negara-negara yang bersedia,” yaitu sekelompok negara yang berkomitmen mendukung Ukraina.
Ancaman Sanksi ke Rusia
Bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, keempat pemimpin tersebut menggelar konferensi pers bersama. Mereka memperingatkan bahwa jika Putin menolak gencatan senjata, sanksi ekonomi baru dan lebih keras akan diberlakukan terhadap sektor energi dan perbankan Rusia.
Mereka juga mengungkapkan bahwa mereka telah membahas inisiatif gencatan senjata ini dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Sir Keir mengatakan kepada BBC bahwa Trump “sangat jelas” mendukung tuntutan gencatan senjata segera.
Zelensky berterima kasih kepada para pemimpin Eropa atas dukungan mereka. “Hari ini, fokus kita adalah membangun dan menjamin keamanan yang nyata dan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Peskov kembali menegaskan bahwa tekanan eksternal terhadap Rusia tidak akan efektif. Ia juga menyebut bahwa pernyataan dari Eropa lebih bersifat konfrontatif daripada membuka jalan rekonsiliasi.
Moskow sebelumnya menyatakan bahwa pembicaraan soal gencatan senjata baru hanya bisa dimulai jika Barat menghentikan bantuan militernya ke Ukraina.
Dalam pernyataan video di Kremlin, Putin menegaskan, “Kami ingin langkah pertama menuju perdamaian jangka panjang, bukan sekadar jeda sebelum permusuhan kembali meletus setelah Ukraina mendapatkan lebih banyak persenjataan dan personel baru.”
Ia juga menuduh Ukraina berkali-kali menolak berbagai tawaran gencatan senjata sebelumnya, termasuk gencatan senjata Paskah dan penghentian serangan terhadap infrastruktur energi.
Gencatan Senjata Bertepatan dengan Peringatan Perang Dunia II
Salah satu gencatan senjata yang disebut Putin adalah gencatan senjata yang diadakan bertepatan dengan peringatan Perang Dunia II, yang berakhir Sabtu tengah malam waktu setempat.
Kyiv sebelumnya menolak gencatan senjata sepihak dari Rusia, menyebutnya hanya sebagai “pertunjukan teatrikal,” dan menegaskan kembali seruan untuk gencatan senjata yang lebih panjang, minimal selama 30 hari.
Meskipun intensitas pertempuran sempat menurun, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata.
Pada Kamis lalu, Ukraina menuduh Rusia melakukan lebih dari 730 pelanggaran dan menyatakan telah memberikan respons yang “tepat“. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim gencatan senjata dipatuhi, dan justru menuduh Ukraina melakukan 488 pelanggaran.
“Terlepas dari semua ini, kami menawarkan kepada otoritas Kyiv untuk melanjutkan negosiasi… pembicaraan langsung, dan saya tegaskan, tanpa prasyarat apa pun,” kata Putin.
Sebagai catatan, pembicaraan langsung terakhir antara Moskow dan Kyiv berlangsung pada 2022, tahun saat Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina.