Damaskus – Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa angkat bicara terkait eskalasi kekerasan di selatan Suriah usai serangan rudal Israel yang menargetkan Damaskus, Rabu (16/7/2025). Dalam pidato televisi yang disiarkan Kamis (17/7), Sharaa menegaskan bahwa perlindungan terhadap komunitas Druze menjadi prioritas utama pemerintah.
Sharaa menyatakan bahwa para pemimpin lokal akan mengambil alih kendali keamanan di kota Suwayda guna meredakan ketegangan sektarian. Ia menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang melakukan kekerasan terhadap komunitas Druze, yang disebutnya sebagai bagian integral dari bangsa Suriah.
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke dekat istana presiden dan markas militer Suriah di Damaskus. Tel Aviv memperingatkan akan adanya serangan lanjutan jika pasukan Suriah tidak mundur dari wilayah selatan dan menghentikan serangan terhadap warga Druze.
Menurut laporan, sedikitnya 169 orang tewas dalam konflik terbaru, sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mencatat korban mencapai lebih dari 360 orang.
Pemerintah Suriah bersama pemimpin Druze, Sheikh Yousef Jarbou, telah mengumumkan gencatan senjata di Suwayda dan memulai penarikan pasukan militer dari kota tersebut. Puluhan kendaraan militer terlihat meninggalkan wilayah itu pada malam hari.
Meski Jarbou mendukung gencatan senjata dan mengecam serangan Israel, pemimpin Druze lain, Sheikh Hikmat Al Hajari, menolaknya dan bersumpah melanjutkan perjuangan sampai Suwayda “dibebaskan sepenuhnya”. Keberadaan Hajari saat ini belum diketahui, dan status kelompok pejuangnya masih belum jelas.