Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, menegaskan kembali pesan Presiden Prabowo Subianto mengenai pentingnya membangun kemandirian pangan nasional sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045. Mardiono mengungkapkan, Prabowo telah menekankan arah kebijakan utama ketahanan pangan melalui Asta Cita.
Hal itu disampaikan Mardiono saat hadir di Pondok Pesantren Az Zawiyah, Garut, Jawa Barat, pada Jumat (21/11/2025).
Mardiono mengatakan, salah satu cara mewujudkan Asta Cita adalah memperkuat ekosistem pangan nasional melalui peran aktif desa, komunitas, hingga lembaga pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren.
“Pondok pesantren bukan hanya benteng akhlak, tetapi juga kekuatan ekonomi umat. Di sinilah energi besar itu berada,” ujar Mardiono.
Mardiono memaparkan, pada periode Januari–November 2025, Indonesia berhasil mencatat peningkatan produksi jagung sebesar 12,62% dan beras 8,26%. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia tidak melakukan impor beras sepanjang 2025.
“Ini bukti bahwa kemandirian pangan bisa dicapai ketika seluruh elemen bangsa bergerak bersama,” tegasnya.
Peran Strategis Pesantren
Mardiono mengatakan, pondok pesantren memiliki posisi strategis sebagai pusat pertanian, peternakan, dan pengembangan usaha kecil menengah. Dengan keterlibatan santri, alumni, dan masyarakat sekitar, pesantren diyakini mampu menjadi model ekosistem pangan berbasis komunitas yang berkelanjutan.
Pria yang juga memimpin partai berlambang Kabah ini melanjutkan, santri masa kini tidak hanya mempelajari ilmu agama, tetapi juga diharapkan untuk menguasai ilmu pertanian, teknologi, ekonomi, hingga kewirausahaan. Hal inilah yang akan melahirkan generasi emas, sebagai penopang visi Indonesia sebagai negara maju pada 2045.
“Jika setiap pesantren mengelola lahan, memelihara ternak, mengolah hasil panen, dan mencetak agropreneur muda, maka kita sedang membangun jutaan pusat kedaulatan pangan di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Terakhir, Mardiono juga memberikan apresiasi kepada Ponpes Az Zawiyah atas kontribusinya dalam pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Dengan kolaborasi pemerintah, pesantren, dan masyarakat, Insya Allah Indonesia menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tutupnya.










