Potret Nunuk dan Ninik, Sepasang Anak Harimau Sumatera yang Lahir di Barumun

Diposting pada

Liputan6.com, Jakarta – Sanctuary Harimau Sumatera Barumun membagikan kabar gembira. Sepasang anak harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) lahir dengan kondisi sehat dari pasangan indukan harimau Gadis dan Monang pada 26 Januari 2025.

Empat bulan berselang, potret bayi harimau itu ditunjukkan ke publik. Oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, bayi harimau jantan resmi dinamai Nunuk, sementara bayi betina dinamai Ninik.

“Proses penamaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga sebagai simbol harapan baru bagi konservasi harimau sumatera di Indonesia,” ujar Menhut Raja Antoni dalam rilis Kementerian Lingkungan Hidup, dikutip Lifestyle Liputan6.com pada Sabtu (3/5/2025).

“Kami berharap kehadiran Nunuk dan Ninik dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap pelestarian satwa liar,” imbuhnya.

Mengutip laman resmi Taman Nasional Bukit Tigapuluh, harimau sumatera merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah. Harimau sumatera memiliki tubuh relatif kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Ciri khusus harimau sumatera ini yaitu berwarna kulit paling gelap dibanding seluruh jenis harimau, mulai dari kuning kemerahan hingga oranye tua.

Populasinya hingga 2017 tercatat hanya sekitar 400 ekor saat ini tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan. Sebagian besar kawasan tersebut telah mengalami pembukaan hutan untuk lahan pertanian ataupun perkebunan sehingga habitat kucing besar ini semakin berkurang.

Provinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi harimau sumatera. Salah satu habitat kucing besar ini yaitu Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

Sementara itu, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) melaporkan bahwa mereka mendeteksi keberadaan tiga individu baru badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) berdasarkan hasil patroli mobile selama 15 hari, pada 14–28 April 2025. Temuan pertama anakan badak Jawa adalah jejak tapak berukuran 19–20 cm di Blok Citadahan. Diperkirakan individu ini berumur antara 4 hingga 6 bulan, menandai kelahiran baru yang menjadi harapan besar bagi populasi badak jawa.

Kedua, pada 30 Maret 2025, pukul 19.13 WIB, di lokasi berbeda, kamera trap merekam penampakan induk badak bersama anak betina yang diperkirakan berusia sekitar dua tahun. Keberadaan pasangan ini menunjukkan keberlanjutan siklus hidup badak jawa di habitatnya.

Ketiga, pada 3 April 2025, pukul 00.18 WIB, kamera trap yang sama juga merekam individu jantan remaja berusia sekitar 3 tahun. Identifikasi lebih lanjut masih dilakukan untuk memastikan identitas individu ini.

Menhut Raja Antoni menyampaikan bahwa temuan ini menjadi sinyal positif bagi upaya konservasi badak jawa yang terus digencarkan. “Kami berharap keberadaan individu baru ini semakin memperkuat populasi badak jawa di TNUK. Kita akan terus memantau dan memastikan perlindungan maksimal bagi mereka,” ujarnya.