Petani Gunungkidul Kembali Hadapi “Jembuten”, Singkong Menghitam Akibat Hujan di Musim Kemarau

Diposting pada

Gunungkidul – Para petani singkong di Kabupaten Gunungkidul kembali menghadapi masalah klasik saat musim panen, yakni fenomena jembuten—istilah lokal untuk singkong yang menghitam akibat terkena hujan sebelum kering sempurna menjadi gaplek.

Menurut Sumari (62), petani asal Karangasem, kondisi ini terjadi karena cuaca tak menentu atau ‘salah mongso’, di mana hujan turun meski seharusnya musim kemarau. Akibatnya, gaplek menjadi basah dan menghitam, sehingga harga jual anjlok hingga setengahnya, bahkan tak laku di pasaran.

Meski demikian, petani masih dapat memanfaatkan singkong jembuten untuk diolah menjadi gatot, makanan khas berbahan dasar singkong yang terfermentasi, atau sebagai pakan ternak murah.

Bupati Gunungkidul Endah Subekti menyebut bahwa istilah jembuten mencerminkan perjuangan petani menghadapi dampak perubahan iklim. Pemkab Gunungkidul kini mendorong solusi adaptif seperti pembangunan rumah jemur sederhana, pelatihan pengolahan hasil panen menjadi produk turunan seperti tiwul instan, keripik, hingga tepung mocaf, serta edukasi tentang prakiraan cuaca dari BMKG.

Endah menekankan pentingnya pelestarian kearifan lokal seperti istilah jembuten sebagai bagian dari narasi besar ketahanan petani menghadapi tantangan iklim yang semakin sulit diprediksi.