Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terancam Merosot di Tengah Gelombang Demo

Diposting pada

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Nailul Huda, menyebut jika kondisi politik dan sosial terus memanas, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa lebih rendah dari prediksi lembaga internasional yang mematok sekitar 4,7 persen.

Pertumbuhan ekonomi saya rasa akan jauh lebih rendah dibandingkan prediksi lembaga internasional (sekitar 4,7 persen). Tentu dengan asumsi pemerintah tidak otak atik data ekonomi seperti yang dilakukan di triwulan II 2025,” kata Huda.

Menurut Huda, proyeksi optimistis pemerintah sulit tercapai bila situasi keamanan dan stabilitas politik tidak segera dipulihkan. Investasi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan akan tertahan, bahkan sebagian bisa lari ke luar negeri. Kondisi ini tentu memperburuk daya saing ekonomi Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat.

Ekonomi Indonesia akan lebih melambat ketika tidak ada investasi masuk, dunia usaha juga waswas dampak demo makin meluas. Investasi pasti akan berkurang, ketersediaan lapangan kerja akan terbatas,” ujarnya.

Ia juga menyoroti inkompetensi pemerintah dalam menghadapi aksi-aksi protes yang seharusnya bisa dicegah sejak awal. Ketidakmampuan pemerintah menjaga kondusivitas justru memperbesar beban sosial-ekonomi yang harus ditanggung masyarakat.

“Daya beli masyarakat bisa turun akibat inkompetensi pemerintah dalam menghadapi gelombang protes ini,” ujarnya.

Kepercayaan Investor ke RI makin Terkikis

Selain itu, investor sektor riil juga akan mengurungkan niatnya untuk masuk ke Indonesia. Melihat kekacauan yang terjadi ditimbulkan dari sikap pemerintah yang acuh terhadap realitas masyarakat.

“Saya yakin investor tidak akan percaya lagi. Akibatnya investor akan mengurungkan niat berinvestasi di Indonesia. Kecuali investor yang memang bagian dari oligarki pemerintah,” ujar dia.

Huda menegaskan, jika pemerintah hanya mengandalkan data manipulatif untuk menunjukkan ekonomi tumbuh, maka kepercayaan publik dan investor akan semakin merosot. Tanpa langkah nyata untuk memulihkan stabilitas, prediksi lembaga internasional akan terbukti terlalu optimistis bagi Indonesia.

Akibat Data yang Dimanipulasi

Menurut Huda, kondisi Indonesia seperti sekarang ini timbul dari kondisi masyarakat yang tengah kesulitan, tetapi dikatakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Ekonomi Indonesia justru meningkat. Padahal kenyatannya, ekonomi masyarakat Indonesia tengah terpuruk dengan semakin banyak PHK, harga barang semakin melejit, dan berbagai indikator lainnya.

“Pengaburan fakta oleh pemerintah yang bisa menimbulkan bom waktu yang bisa meledak, bukan oleh pemerintah, tapi oleh rakyat yang marah,” pungkasnya.

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Tembus 5,4%

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di atas titik tengah kisaran 4,6 hingga 5,4 persen pada tahun 2025.

“Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 diperkirakan akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6 sampai 5,4 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI Agustus 2025, Rabu (20/8/2025).

Optimisme tersebut muncul dilihat dari realisasi pertumbuhan pada triwulan II-2025 yang mencapai 5,12 persen year on year (yoy). Selain itu kinerja ekonomi yang lebih baik dari perkiraan terutama ditopang oleh investasi dan konsumsi rumah tangga yang terus tumbuh positif.

Ekonomi triwulan 2-2025 tumbuh sebesar 5,12 persen year on year lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan I-2025 sebesar 4,87 persen year on year,” kata Perry.

Dia menuturkan, peningkatan mobilitas masyarakat mendorong daya beli, sementara penanaman modal memberi sinyal kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik. Tak hanya itu, ekspor barang dan jasa juga tumbuh kuat karena adanya antisipasi tarif perdagangan Amerika Serikat.

“Kenaikan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi sejalan dengan penanaman modal yang tumbuh positif dan konsumsi rumah tangga seiring lebih tingginya mobilitas masyarakat,” ujarnya.