Katanya sih menabung itu pangkal kaya, makanya sejak kecil kita diajarkan untuk menabung dengan berhemat menyisihkan uang jajan. Nanti bakal terkumpul banyak sampai kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan.
Mindset ini bagus banget diterapkan ketika masih duduk dibangku sekolah. Kita dilatih untuk mengendalikan diri dalam mendapatkan sesuatu yang kita harapkan. Istilah kerennya itu delay gratification.
Sayangnya mindset ini ternyata tidak cukup untuk bisa kita terapkan ketika masuk ke dunia kerja. Karena banyak orang yang masih berpikir dengan mindset yang sama itu, ya perlu sedikit berusaha mati-matian menyisihkan pemasukan mereka agar bisa mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan ketika dewasa. Entah itu modal buat nikah, buat beli mobil, beli rumah ataupun untuk naik haji dan lain-lain.
Baca juga: Pahami Risiko dan Rencanakan Strategi Jitu dalam Berinvestasi Saham
Kenyataannya ketika di dunia kerja, dunia tidak lagi sesimpel ketika zaman sekolah dulu. Memasuki dunia kerja ternyata ada banyak hal tidak terduga dan tidak kita ketahui. Ternyata harga semua barang dan kebutuhan itu naik terus setiap tahunnya karena inflasi, belum lagi ada saja kebutuhan tidak terduga yang membuat kita makin susah untuk menabung. Tiba-tiba sakitlah, dompet kecopetan, HP jatuh ataupun laptop kesiram air dan masih banyak lagi.
Makanya sering banget diantara kita ketika memasuki usia dewasa malah mengeluh. “Duh, sudah umur segini belum punya tabungan, setiap menabung malah habis terus. Kalau ngumpulin uang dari gaji saja, kapan bisa beli rumah? Kapan bisa beli mobil? Kapan bisa punya modal untuk nikah?”
Kalaupun ada yang bisa mati-matian berhemat menyisihkan pemasukan setiap tahunnya, uang yang terkumpul juga tidak seberapa. Kebayang tidak, perlu berapa lama untuk menabung supaya uangnya terkumpul untuk bisa beli rumah. Padahal katanya menabung itu pangkal kaya.
Baca juga: Nimbrung Investasi Saham Sekadar FOMO
Coba deh sekarang kita merenung sejenak. Orang-orang yang status ekonominya di atas kita, apakah mereka bisa mencapai itu dari hasil menabung? Saya yakin pasti mereka bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik dari kita bukan karena tabungannya, melainkan karena pemasukannya yang besar. Entah itu karena gajinya gede, bisnisnya semakin berkembang, atau dagangannya laku.
Atau jangan-jangan sebetulnya menabung itu bukan jawabannya, atau malah mindset kita untuk rajin menabung dari zaman sekolah dulu itu sudah tidak relevan lagi di dunia kerja. Mungkinkah selama ini kita salah persepsi, seharusnya kita bukan fokus menyisihkan pemasukan kita namun fokus untuk menambah pemasukan kita. Sambil menjaga gaya hidup yang wajar dan mengendalikan pengeluaran kita pada hal-hal yang menunjang pengembangan diri. Hal ini dilakukan untuk menambah pemasukan kita daripada uangnya kita tabung, mungkin lebih baik kita pakai saja untuk mengupgrade diri kita.
Salah satu ilmu yang menurut saya penting banget, tapi jarang dilirik adalah literasi keuangan atau pengetahuan untuk mengelola keuangan. Padahal menurut saya literasi keuangan itu adalah pondasi yang penting banget untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Baca juga: Tumpang Tindih Data, Bisakah Satu Data Indonesia Jadi Solusi?
Tahu tidak, sebetulnya banyak sopir truk barang atau bus antar kota itu bisa bawa uang lebih banyak daripada karyawan berdasi. Tapi karena tidak memiliki literasi keuangan yang baik, banyak sopir ini yang tidak bisa mengelola keuangannya. Sehingga uangnya selalu habis, bahkan sampai mengutang kesana-kemari.