Reksadana telah menjadi cara investasi yang marak dicari oleh pemula. Hal ini terjadi akibat reksadana memiliki tingkat risiko yang cukup rendah. Bagi pemula yang belum memahami sistematika atau cara kerja reksadana, risiko yang rendah akan menjadi sebuah keuntungan baginya.
Namun, reksadana memiliki istilah-istilah yang mungkin akan membuat para investor pemula bertanya-tanya. Agar tidak mundur dari permainan, perlu diketahui dan dipahami istilah-istilah tersebut. Istilah termudah dan mungkin yang pertama akan dijumpai adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Untuk memahami istilah NAB, yuk simak penjelasan berikut ini.
Pengertian dan Cara Kerja NAB Reksadana
NAB Reksadana
Nilai Aktiva Bersih atau yang sering disingkat sebagai NAB adalah nilai total investasi dalam setiap produk investasi reksadana. Setiap harinya, investor akan mengetahui total kekayaan bersih sebuah reksadana yang digambarkan oleh NAB.
Total kekayaan bersih ini merupakan jumlah dana yang dikelola oleh MI atau manajer investasi produk reksadana dan kemudian dihitung setiap harinya berdasarkan hari perdagangan bursa. NAB adalah harga bersih dari dana yang dikelola setelah dikurangi biaya operasional.
Nantinya, NAB dipublikasikan ke media-media agar diketahui oleh khalayak umum. Jadi, masyarakat yang belum atau ingin memulai reksadana juga dapat mengetahui segelintir dari kondisi pasar reksadana.
Cara kerja NAB reksadana cukup mudah sebenarnya. Investor hanya perlu melihat unit penjualan setiap produk reksadana dan NAB. Biasanya, produk reksadana dijual berbentuk satuan unit. Investor kemudian akan membeli produk reksadana per unit dari NAB.
Sebagai contoh, modal yang ditanamkan sebesar Rp750.000 dan harga NAB reksadana campuran di sebuah manajer investasi sebesar Rp1.750. Maka, unit yang dari dimiliki produk reksadana itu adalah sekitar 428,57 unit. Sesuai dengan rumusnya, cara kerja ini dinamakan NAB/UP. Jadi, kalau ingin mengetahui berapa unit yang akan dimiliki, kamu hanya perlu melihat namanya, tidak lagi harus menghafal rumusnya.
Untuk memahami NAB/UP, perlu dipahami pengertian dari setiap istilah secara terpisah. Singkatnya, NAB adalah harga dari produk reksadana yang sudah bersih dan UP atau unit penyertaan merupakan jumlah unit atau produk yang dimiliki investor. Maka, NAB/UP adalah harga wajar dari sebuah portofolio reksadana yang sudah bersih dibagi jumlah UP yang dimiliki investor saat itu.
Perlu kamu ketahui, setiap harinya NAB/UP ini akan berubah nilainya sesuai dengan kondisi transaksi para investor.
Peran NAB Reksadana
NAB Reksadana
Nah, sebelum memulai investasi, kamu perlu paham peran yang dimainkan oleh NAB reksadana. Umumnya, para investor akan melihat kemampuan kerja atau hasil reksadana melalui NAB/UP setiap produk reksadana. Namun, peran NAB/UP tidak bukan menjadi patokan menilai suatu produk reksadana.
Cara yang dapat membantu kamu dalam berinvestasi adalah mengetahui kinerja reksadana melalui riwayat keuntungan dari setiap produk reksadana. Lalu, kenapa NAB/UP tidak bisa dijadikan acuan? NAB/UP hanya menunjukkan penghitungan aset dasar. Maka, tu tidak akan memengaruhi pilihan investasi reksadana kamu, justru yang memengaruhi adalah produk reksadana yang dipilih.
Namun, bukan berarti NAB/UP tidak baik, ya. Dengan adanya NAB/UP, kamu bisa mengetahui berapa produk yang bisa dimiliki dengan menanamkan sejumlah modal. Peran yang dimainkan NAB/UP adalah memberikan kisaran unit produk reksadana yang dimiliki dengan harga tertentu. Nantinya, ini bisa dijadikan referensi untuk memiliki produk reksadana. Bisa jadi, unit yang dimiliki sedikit, tapi keuntungan yang diraih besar, lho!
Faktor yang Memengaruhi NAB Reksadana
1. Peningkatan Dana Kelolaan
Dana yang ditanamkan oleh investor akan membuahkan jumlah dana kelolaan tertentu. Dana kelolaan ini didapatkan dari banyaknya investor yang menanamkan modal. Makin banyak investor, makin besar pula jumlah dana kelolaannya.
Lalu, jumlah dana kelolaan ini akan berpengaruh pada nilai NAB/UP. Jika jumlah dana kelolaan besar, maka harga NAB/UP di suatu produk reksadana juga menjadi tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila jumlah dana kelolaan kecil, harga NAB/UP dari produk reksadana akan menjadi rendah.
Jika diperhatikan, semua unsur ini sangat berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Jumlah investor akan memengaruhi jumlah dana kelolaan yang kemudian akan memengaruhi harga NAB/UP. Jadi, NAB/UP secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya investor pula.
2. Perubahan Nilai Pasar Wajar (NPW)
Berkaitan dengan faktor di atas, jumlah dana kelolaan yang berubah juga dapat dipengaruhi oleh Nilai Pasar Wajar (NPW). Singkatnya, NPW merupakan nilai yang didapat dari transaksi saham atau efek yang dilakukan oleh pihak secara bebas dan tanpa paksaan.
NPW ini akan diatur oleh perusahaan yang bertugas untuk melakukan penilaian harga efek bernama Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE). Karena tugasnya adalah untuk menilai harga efek, LPHE dapat menentukan harga pasar wajar berdasarkan hasil pantauannya terhadap nilai transaksi dari produk-produk investasi.
Nilai transaksi dari sebuah produk investasi tentunya akan berubah setiap harinya. Hal ini menyebabkan perubahan NPW yang fluktuatif setiap hari pula. Dengan begitu, jumlah dana kelolaan juga akan berombak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada harga NAB/UP.
3. Suku Bunga Bank Indonesia (BI)
Suku Bunga Bank Indonesia (BI) merupakan suku bunga yang menggambarkan kebijakan moneter yang diterbitkan BI dan diumumkan pada publik. Dengan kata lain, suku bunga BI ini dapat menggambarkan perekonomian negara.
Suku bunga ini akan memengaruhi perilaku para investor. Jika suku bunga BI sedang dinaikkan, terdapat kemungkinan investor akan cenderung menarik dananya dari sebuah aset dan memindahkannya ke produk investasi yang bisa memberikan profit berlebih.
Maka, jika suku bunga BI yang dinaikkan berpengaruh pada NPW, terdapat kemungkinan investor akan menjual produk-produk investasi yang dimilikinya. Jika jumlah investor berkurang, jumlah dana kelolaan pun akan berkurang dan NAB akan sangat berpengaruh. Alhasil, NAB/UP menjadi fluktuatif dan keuntungan yang didapat pun akan berkurang.
Cara Menghitung NAB Reksadana
Menghitung NAB
Cara Menghitung NAB Reksadana pada dasarnya tidak sulit. Angka NAB didapatkan dengan cara menjumlahkan total aktiva bersih dari keseluruhan dana dari reksadana yang kemudian dibagi dengan total unit yang ada di pasar. Alhasil, muncul istilah NAB/UP.
Mungkin untuk pemula akan bertanya, “Apa itu total aktiva bersih?”. Nah, total aktiva bersih merupakan nilai bersih yang diambil dari nilai pasar produk investasi tertentu dalam reksadana, yang meliputi deposito, saham, obligasi, dan surat berharga pasar uang.
NAB adalah nilai yang sudah bersih dari biaya operasional. Biaya manajer investasi dan biaya bank kustodian merupakan beberapa bentuk dari biaya operasional. Maka, saat kamu berinvestasi reksadana, tidak lagi memikirkan biaya operasional, apalagi pada saat melihat angka NAB/UP. Investasi reksadana menjadi nyaman, deh.
Dalam investasi reksadana, keuntungan dapat dihitung berdasarkan selisih kenaikan NAB saat penjualan dan NAB saat pembelian. Kamu akan mendapatkan keuntungan ketika NAB penjualan lebih besar daripada NAB pembelian. Maka, NAB juga akan dihitung per unit yang diperdagakan dalam suatu periode. Singkatnya, jika NAB/UP naik, kamu akan mendapatkan keuntungan dari setiap unit reksadana yang dimiliki.
Kamu sudah mengetahui cara menghitung NAB/UP, kan? Nah, sekarang kamu bisa menghitung jumlah unit reksadana dengan rumus Jumlah Dana Investasi : NAB/unit. Misalnya, tercatat per 1 Maret 2022 harga jual reksadana AB adalah Rp1.750. Di hari itu, kamu menginvestasikan dana senilai Rp1.750.000 untuk membeli reksadana itu. Maka, kamu akan mendapatkan 1000 unit reksadana AB. Angka 1000 unit tersebut didapat dari Jumlah Dana Investasi : NAB/unit reksadana AB.