Jakarta, 21 Mei 2025 – Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan tengah menggarap proyek besar penulisan ulang sejarah nasional Indonesia. Proyek ini dipimpin oleh sejarawan senior Universitas Indonesia (UI), Prof. Susanto Zuhdi, dan melibatkan lebih dari 100 penulis yang terdiri dari sejarawan, arkeolog, dan akademisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Proyek ini akan menghasilkan 10 jilid buku sejarah nasional baru, yang ditargetkan rampung pada Agustus 2025 sebagai hadiah untuk peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Alasan dan Metodologi Penulisan Ulang Sejarah
Menurut Prof. Susanto Zuhdi, penulisan ulang ini bukan dimaksudkan untuk menghapus atau “meluruskan” sejarah lama, melainkan memperbarui narasi sejarah dengan kerangka konseptual baru berdasarkan penemuan riset terbaru dan pendekatan metodologi ilmiah yang lebih kritis terhadap sumber primer.
“Sejarah ditulis ulang karena bahan kita bertambah, maka konstruksinya juga berubah. Dengan bertambahnya pengalaman bangsa, bertambah pula sejarahnya,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa proyek ini tidak didikte oleh kekuasaan. Meskipun dibiayai oleh negara, para penulis bekerja secara independen secara akademik, dengan kerangka dan metodologi ilmu sejarah yang ketat.
Struktur dan Tim Penulis
Proyek ini berada di bawah arahan Pengarah Nasional seperti Taufik Abdullah, Mukhlis Paeni, dan Nina Lubis. Tim editor umum terdiri dari Prof. Susanto Zuhdi, Prof. Singgih Tri Sulistiyono (Undip), dan Prof. Jajat Burhanuddin (UIN). Setiap jilid diketuai oleh dua editor, dengan 10–12 penulis per jilid, melibatkan akademisi dari seluruh penjuru Indonesia — dari Aceh hingga Papua.
Tema dan Cakupan
Penulisan sejarah ini akan mencakup:
- Masa prasejarah hingga sejarah kontemporer
- Narasi identitas nasional, termasuk peran bangsa Indonesia dalam menentukan nasib sendiri
- Isu sensitif, seperti pelanggaran HAM, akan ditangani berdasarkan bukti dan arsip resmi yang dapat diverifikasi
- Penyusunan juga mempertimbangkan keseimbangan wilayah, tidak lagi berpusat di Jawa atau wilayah barat Indonesia saja
Sejarah Resmi (Official History)
Penulisan ini akan menjadi bentuk “official history” atau sejarah resmi negara, karena dikelola dan didanai oleh pemerintah, meski tetap dikerjakan dengan independensi akademik. Susanto menekankan bahwa semua negara memiliki sejarah nasional versi resminya, dan penting bagi Indonesia untuk memiliki narasi sejarah yang kokoh sebagai pijakan kebijakan budaya dan pendidikan kewarganegaraan.
“Menulis sejarah itu memang berulang, direvisi, diperbaiki oleh generasi berikut. Jadi ini bukan sejarah terakhir, tapi fondasi penting,” ujarnya.
Tantangan dan Optimisme Penyelesaian
Meskipun targetnya ambisius, yaitu rampung dalam waktu kurang dari satu tahun, Susanto optimistis karena banyak anggota tim yang sudah memiliki riset dan naskah siap pakai, termasuk disertasi dan hasil penelitian dari luar negeri.
“Dari yang nekat jadi tekad. Kita tulis dari yang sudah kita punya. Banyak penulis yang baru pulang dari Belanda, Inggris, Amerika.”