Jakarta – Aktivitas di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, kian hari kian sepi meski beberapa titik masih menunjukkan keramaian. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia pada Jumat (4/7/2025), pasar tertua di ibu kota ini terlihat mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan dalam setahun terakhir.
Di pintu masuk Jalan Matraman Raya, keramaian masih terlihat, namun tidak seramai dulu. Beberapa toko, khususnya yang menjual seragam sekolah, tampak didatangi pelanggan menjelang tahun ajaran baru. Namun, sebagian besar toko lainnya—baik di luar gedung maupun dalam gedung utama—terlihat sepi pengunjung.
Di lantai dasar yang menjual pakaian dan tekstil, aktivitas masih terlihat, tetapi tetap lebih lengang dibanding masa sebelumnya. Di lantai atas, kondisi lebih memprihatinkan: toko alas kaki di lantai 2 banyak yang sepi, dan beberapa ruko mulai tutup. Lantai 3 bahkan didominasi oleh ruko tutup, hanya menyisakan konveksi, penjahit, dan kantor cabang bank.
Taslim, salah satu pedagang pakaian di lantai dasar, mengaku kondisi sepi sudah berlangsung selama setahun terakhir. Ia menyebut pandemi Covid-19 justru masih memberikan lebih banyak pelanggan dibanding sekarang. Menurutnya, pergeseran belanja ke platform online menjadi penyebab utama penurunan pengunjung.
“Sekarang era sudah berubah, dulu pasar ini sempat jaya, sekarang toko online yang berjaya,” ujar Taslim, yang mengaku tetap bisa bertahan karena beradaptasi dengan sistem jualan daring.
Hal serupa disampaikan Rima, pedagang sepatu di lantai 2. Ia mengaku tetap bertahan meski enggan beralih ke platform online karena dianggap merepotkan. “Mau tidak mau bertahan, kalau pindah malah takut lebih parah,” ungkapnya.
Petugas keamanan pasar, Marni, membenarkan bahwa suasana pasar tampak ramai karena aktivitas pedagang dan karyawan, bukan karena membludaknya pelanggan. “Memang sudah sepi, cuma tidak separah pasar lain. Kalau ramai, paling karena momen seperti beli seragam sekolah,” katanya.
Pasar Jatinegara, atau Pasar Mester, merupakan pasar tertua di Jakarta yang sudah eksis sejak abad ke-17. Meski sarat sejarah dan pernah menjadi pusat perdagangan, kini pasar ini menghadapi tantangan besar akibat pergeseran gaya belanja masyarakat di era digital.