Pakistan mengecam Amerika Serikat (AS) karena membombardir Iran pada Minggu (22/6/2025), kurang dari 24 jam setelah menyatakan Presiden Donald Trump layak menerima Nobel Perdamaian 2026 atas perannya meredakan krisis terbaru Pakistan-India.
Hubungan antara kedua negara Asia Selatan tersebut memburuk setelah terjadi pembantaian terhadap para turis di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada April. Kedua negara bersenjata nuklir itu nyaris terlibat perang dalam minggu-minggu berikutnya, saling melancarkan serangan hingga akhirnya upaya diplomatik intensif, yang dipimpin oleh AS, menghasilkan gencatan senjata yang kemudian diklaim Trump sebagai keberhasilannya.
Atas apa yang disebutnya intervensi diplomatik yang tegas dan kepemimpinan yang menentukan itulah Pakistan menyampaikan pujian secara terbuka melalui unggahan di platform media sosial X pada Sabtu (21/6) malam, seraya mengumumkan rekomendasi resminya agar Trump menerima Nobel Perdamaian.
“Di tengah gejolak regional yang memuncak, Presiden Trump menunjukkan pandangan strategis yang luar biasa dan kenegarawanan yang cemerlang melalui keterlibatan diplomatik yang intens dengan Islamabad dan New Delhi, yang berhasil meredakan situasi yang memburuk dengan cepat, mengamankan gencatan senjata, dan mencegah konflik yang lebih luas antara dua negara bersenjata nuklir—yang jika terjadi, akan membawa konsekuensi bencana bagi jutaan orang di kawasan dan di seluruh dunia. Intervensi ini menjadi bukti nyata perannya sebagai pembawa damai sejati dan komitmennya terhadap penyelesaian konflik melalui dialog,” demikian pujian Pemerintah Pakistan terhadap Trump saat mengumumkan dukungannya agar presiden AS itu meraih Nobel Perdamaian.
Namun, kurang dari 24 jam kemudian, Pakistan mengecam AS atas serangannya ke Iran, dengan menyatakan bahwa serangan itu merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan statuta Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, dalam percakapan telepon pada Minggu dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, menyampaikan kekhawatirannya bahwa pengeboman AS telah menargetkan fasilitas-fasilitas yang berada di bawah perlindungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pakistan memiliki hubungan dekat dengan Iran dan mendukung serangannya terhadap Israel, dengan menyatakan Iran berhak membela diri.
Endorse Pakistan untuk Trump Berlanjut?
Tidak ada komentar langsung pada Senin (23/6) dari Islamabad mengenai rekomendasi Nobel Perdamaian untuk Trump, yang sebelumnya juga didahului oleh pertemuan makan siang tingkat tinggi di Gedung Putih antara presiden AS dan kepala staf Angkatan Darat Pakistan yang berpengaruh, Jenderal Asim Munir.
Pertemuan pada Kamis (19/6) itu berlangsung lebih dari dua jam dan juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Perwakilan Khusus AS untuk Urusan Timur Tengah Steve Witkoff.
Menurut pernyataan militer Pakistan, dalam pertemuan tersebut terjadi pertukaran pandangan yang mendalam mengenai ketegangan yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel, di mana kedua pemimpin menekankan pentingnya penyelesaian konflik tersebut.
Sementara Pakistan dengan cepat mengucapkan terima kasih kepada Trump atas intervensinya dalam krisis dengan India, New Delhi meremehkannya dan menyatakan bahwa tidak perlu ada mediasi eksternal dalam isu Kashmir.
Wilayah pegunungan Himalaya, Kashmir, terbagi antara Pakistan dan India, namun diklaim sepenuhnya oleh kedua belah pihak. India menuduh Pakistan mendukung kelompok-kelompok militan di wilayah itu, sebuah tudingan yang dibantah oleh Pakistan.