Pakar Ingatkan Risiko Anak Makan Ikan Hiu, Bisa Picu Gangguan Saraf Serius

Diposting pada

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu salah satu menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat adalah ikan hiu. Hal ini diketahui setelah ada puluhan murid yang mengalami keracunan.

Terkait penggunaan ikan hiu sebagai salah satu menu makan mendapat respons dari ahli gizi Rosyda Dianah. Ia mengatakan bahwa ikan hiu bukanlah bahan pangan yang aman bagi anak-anak karena kandungan logam berat di dalamnya.

Dosen Sekolah Vokasi IPB University dari Program Studi Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi ini mengatakan konsumsi ikan hiu pada anak-anak sangat berisiko.

“Hiu adalah predator puncak yang mudah mengakumulasi merkuri, arsenik, dan timbal melalui proses biomagnifikasi. Akumulasi ini menjadikan daging hiu berbahaya jika dikonsumsi manusia,” kata Rosyda mengutip laman IPB University.

Biomagnifikasi merupakan proses meningkatnya konsentrasi zat beracun dalam rantai makanan. Merkuri yang terakumulasi di laut diserap oleh tumbuhan laut, lalu berpindah ke ikan, dan pada akhirnya terkumpul dalam jumlah tinggi pada tubuh hiu.

“Kandungan metil merkuri pada hiu bersifat toksik, dapat menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, hingga gangguan saraf serius. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap efek toksik ini,” tambahnya.

Sirip Hiu Mengandung Arsenik
Selain merkuri, bagian sirip hiu juga diketahui mengandung arsenik dalam kadar tinggi. Paparan arsenik dapat merusak hati, ginjal, kulit, dan paru-paru.

Sementara itu, timbal dalam daging hiu dapat menimbulkan gejala kejang, koma, bahkan kematian.

Mengenai cara penyusunan menu anak-anak mengikuti konsep B2SA yakni beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Menurutnya, pola makan B2SA memastikan anak-anak memperoleh energi dan gizi yang cukup tanpa risiko kesehatan.

“Makanan harus dipilih dari bahan yang aman, mudah diterima anak-anak, serta sesuai kemampuan daya beli masyarakat,” katanya.