Nissan Dihantui Krisis Terparah dalam Dua Dekade, Siap Gelar Rapat Pemegang Saham

Diposting pada

Tokyo, 24 Juni 2025 — Pabrikan otomotif asal Jepang, Nissan Motor Co., tengah menghadapi krisis keuangan terburuk dalam dua dekade dan diperkirakan akan mendapat tekanan besar dari para pemegang saham dalam rapat umum mendatang.

Menurut laporan Reuters, saham Nissan anjlok 36% dalam setahun terakhir dan pembayaran dividen telah ditangguhkan. Perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar US$4,5 miliar tahun fiskal lalu dan memperkirakan akan merugi 200 miliar yen (US$1,38 miliar) pada kuartal pertama tahun ini.

Sebagai respons, Nissan meluncurkan rencana pemulihan “Re:Nissan”, yang mencakup penutupan tujuh pabrik global dan pemangkasan 11.000 hingga 20.000 tenaga kerja. Bahkan kantor pusat global Nissan disebut akan dijual demi efisiensi.

CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, dijadwalkan memaparkan strategi restrukturisasi dalam rapat pemegang saham, yang dipandang sebagai momen penentu untuk memulihkan kepercayaan investor.

Rencana Re:Nissan menargetkan pengurangan waktu pengembangan kendaraan dari 37 menjadi 30 bulan, percepatan produksi mobil listrik (EV), serta penguatan lini hybrid e-Power, terutama di pasar seperti Indonesia yang mengalami penurunan penjualan.

Analis otomotif Kenji Tanaka menyatakan bahwa meski strategi Nissan tampak menjanjikan di atas kertas, implementasi konkret dan hasil cepat menjadi kunci untuk membalikkan keadaan di tengah persaingan ketat, khususnya dari merek otomotif China.

Namun, rencana PHK dan penutupan pabrik memunculkan kekhawatiran di kalangan serikat pekerja dan pemerintah lokal, yang mulai menolak meskipun memahami tekanan ekonomi yang dihadapi perusahaan.

“Ini keputusan sulit, tapi kami percaya ini perlu untuk masa depan Nissan,” ujar seorang juru bicara internal perusahaan.