Jakarta, 2 Juli 2025 — Budaya Minang dinilai masih kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, meski warga Minang merupakan kelompok etnis kelima terbesar dari sekitar 300 suku yang bermukim di Ibu Kota.
Hal ini disampaikan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Demokrat, Desie Christiyana Sari, dalam seminar bertema “Mengkaji Ulang Adat Budaya Minang di Tanah Betawi Mewujudkan Jakarta Sebagai Kota Global” di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (2/7).
Desie menyoroti minimnya dukungan anggaran, ruang representasi, dan agenda resmi dari Pemprov DKI terhadap pelestarian budaya Minang. Ia mengingatkan bahwa warga Minang telah lama berkontribusi besar di Jakarta sejak era pergerakan nasional, mulai dari peran sebagai pedagang, ulama, cendekiawan, hingga pemimpin bangsa.
“Jakarta bukan milik satu etnis. Ini kota di mana seluruh budaya Nusantara hidup berdampingan,” tegas Desie yang juga duduk di Komisi E DPRD DKI.
Menanggapi hal itu, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chiko Hakim, menyatakan Pemprov DKI akan lebih aktif mendukung pelestarian budaya Minang, termasuk memfasilitasi festival budaya Minang.
Menurut Chiko, festival budaya tak hanya memperkuat identitas multikultural Jakarta, tetapi juga berpotensi memberikan dampak ekonomi positif melalui peningkatan sektor pariwisata dan pajak daerah.
Pemprov DKI disebut akan mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bahu-membahu dalam memajukan Jakarta sebagai kota global yang inklusif dan berbudaya.