Apa saja prinsip sistem pembayaran? Proses transaksi jual beli tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Apalagi sistem jual beli dilakukan dalam jumlah yang cukup besar. Sistem jual beli juga diatur dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem pembayaran.
Hampir setiap hari dalam kegiatan perekonomian terjadi proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Dalam proses transaksi, tentu terdapat sebuah mekanisme pembayaran.
Pada dasarnya, sebuah pembayaran tidak langsung terjadi begitu saja. Ada sebuah sistem yang mengatur pembayaran tersebut atau dikenal sebagai sistem pembayaran.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1998 tentang Bank Indonesia Bab 1 pasal 1 butir 6, berisi: “Sistem pembayaran adalah suatu mekanisme yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”
Selain itu dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, sistem pembayaran adalah satu kesatuan yang utuh dari seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi kewajiban yang muncul dari kegiatan ekonomi.
Secara singkat, sistem pembayaran merupakan sistem yang berhubungan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.
Keberadaan sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sistem keuangan dan perbankan suatu negara. Keberhasilan sistem pembayaran akan memengaruhi perkembangan sistem keuangan dan perbankan suatu negara.
Berlaku sebaliknya, apabila sistem pembayaran mengalami kegagalan, maka akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, sistem pembayaran harus diatur dan dijaga keamanan serta kelancarannya oleh suatu lembaga. Pengaturan dan prinsip sistem pembayaran umumnya dilakukan oleh bank sentral.
Berarti, Bank Indonesia selaku bank sentral merupakan lembaga yang mengatur dan menjamin keamanan sistem pembayaran di Indonesia.
Peran dalam Prinsip Sistem Pembayaran di Perekonomian
Dalam buku Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia (2003) karya Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya, ada tiga peran sistem pembayaran dalam perekonomian, yaitu:
- Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatu perekonomian untuk mendukung stabilitas keuangan.
- Sebagai saluran penting dalam pengendalian ekonomi yang efektif, khususnya melalui kebijakan moneter.
- Sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi.
Dari ketiga peran tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran prinsip sistem pembayaran dalam suatu perekonomian adalah untuk menjaga stabilitas keuangan dan perbankan, sebagai transmisi kebijakan moneter, dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara
Oleh karena itu, prinsip sistem pembayaran wajib diatur dan diawasi dengan baik agar sistem pembayaran berjalan dengan aman dan lancar.
Sistem Pembayaran Favorit di Indonesia
- Transfer Bank
Pada Maret–April 2020, perusahaan fintech Rapyd melakukan survei terhadap 3.500 responden dari 7 negara dan menemukan bahwa 44,4 persen responden dari Indonesia lebih memilih menggunakan sistem pembayaran transfer bank untuk bertransaksi.
Selain mudah digunakan, metode ini juga menjadi pilihan banyak orang karena menyediakan alternatif transaksi yang beragam, mulai dari transfer langsung dari mesin ATM sampai menggunakan fasilitas SMS, mobile, atau internet banking.
- Dompet Digital
Masih dalam penelitian yang sama, survei Rapyd juga menemukan bahwa 33,8 persen responden Indonesia lebih mengutamakan penggunaan dompet digital dalam kegiatan transaksi sehari-hari.
Berdasarkan survei IPSOS Marketing Summit Indonesia 2019, 26 persen responden setuju bahwa penggunaan dompet digital lebih praktis, aman, dan nyaman; 25 persen menyatakan puas dan senang memiliki akun dompet digital; sedangkan 19 persen mendapat manfaat terbaik dari dompet digital dengan adanya bukti pembayaran dari setiap transaksi.
- Cash on Delivery (COD)
Meski pembayaran nontunai sudah semakin sering digunakan, masih banyak orang yang memilih sistem pembayaran tunai dengan metode cash on delivery (COD). Data BI 2017 menyebutkan bahwa 13,49 persen transaksi e-commerce menggunakan metode pembayaran COD.
Rata-rata orang menggunakan sistem pembayaran ini untuk menjamin keamanan bertransaksi, baik dalam hal pembayaran maupun pemenuhan kualitas produk.
- Kartu Kredit
Dalam lima tahun terakhir, nilai transaksi kartu kredit di Indonesia terus meningkat. Sepanjang 2019, terdapat 349,2 juta transaksi dengan kartu kredit senilai Rp342,7 triliun. Selain praktis dan dapat digunakan untuk transaksi nilai besar, kartu kredit juga sering kali dipilih dengan alasan penggunanya bisa memanfaatkan program cicilan 0 persen atau promo eksklusif lainnya yang ditawarkan kepada pemegang kartu kredit.
- Pembayaran Melalui Gerai Ritel
Sistem pembayaran ini biasanya digunakan oleh para pelanggan yang kesulitan menemukan ATM atau tidak memiliki kartu debit maupun kredit. Berdasarkan catatan BI pada 2020, masih ada 91,3 juta masyarakat Indonesia yang belum mengakses layanan finansial atau perbankan (unbanked) sehingga kegiatan bertransaksi masih dilakukan dengan sistem pembayaran konvensional. Oleh karena itu, sistem pembayaran melalui gerai ritel masih sangat populer digunakan.
- Rekening Bersama
Sistem pembayaran yang satu ini mulai sering digunakan, terutama di online marketplace. Dengan menggunakan rekening bersama, dana yang dibayarkan pembeli akan ditahan oleh pihak ketiga dan diteruskan kepada penjual setelah proses transaksi benar-benar selesai, yaitu sampai pembeli menerima produk yang dipesan.
Rata-rata orang menggunakan rekening bersama untuk sama-sama melindungi penjual dan pembeli agar terhindar dari transaksi palsu atau potensi kerugian lainnya.
- Kartu Debit
Meski mengalami penurunan volume transaksi dari 12,54 persen pada 2018 menjadi 9,67 persen pada 2019, penggunaan kartu debit atau ATM masih cukup populer dalam industri keuangan.
Hal ini disebabkan oleh metode pembayaran dengan menggunakan uang elektronik berbasis server sering kali memiliki limit dalam transaksi sehingga pembayaran menggunakan kartu debit masih diandalkan untuk transaksi dalam jumlah besar. Selain itu, pemilik kartu juga cukup memasukkan kode tertentu untuk melakukan pembayaran saat bertransaksi.
- Giro
Sama halnya dengan cek, giro juga menjadi surat perintah kepada pihak bank. Yang membedakan antara keduanya adalah giro tidak digunakan untuk mencairkan dana, melainkan untuk memindahkan dana dari rekening satu nasabah ke rekening nasabah yang lain.
- E-money
Jenis alat pembayaran non tunai berbentuk elektronik ini kerap dikenal sebagai electronic money (e-money). Umumnya, e-money yang sering digunakan dapat berbentuk kartu maupun server. Misalnya, kartu FLAZZ, BRIZZI, Go-Pay, OVO, dan Dana.
- Nota Kredit
Nota kredit adalah surat yang digunakan oleh nasabah untuk mengirim dan memindahkan uang non tunai ke rekening lain dengan metode kliring. Jenis alat pembayaran non tunai yang satu ini biasanya dilakukan untuk transaksi dengan nominal besar.
- Nota Debit
Biasanya, nota debit digunakan untuk menagih hutang para nasabah dengan nominal dan jangka waktu yang telah ditentukan. Selain itu, nota debit juga dimanfaatkan sebagai keperluan transaksi antar perusahaan.
- Cek
Cek merupakan contoh alat pembayaran non tunai berbentuk kertas, sebagai surat perintah kepada bank untuk mencairkan dana dalam jumlah tertentu atas nama nasabah maupun nama lain yang tertera dalam cek.
Table of Contents
Prinsip Sistem Pembayaran
Menurut Committee on Payment and Settlement Systems dalam buku Core Principles for Systemically Important Payment Systems (2000) ada 10 prinsip sistem pembayaran yang paling mendasar:
- Sebuah prinsip sistem pembayaran harus memiliki landasan hukum yang kuat
Prinsip sistem pembayaran harus memiliki landasan hukum yang kuat berarti sistem pembayaran diatur oleh pemerintah yang sah. Di Indonesia, prinsip sistem pembayaran diatur dalam konstitusi.
Dilansir dari BI Institute, sistem pembayaran Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1998 tentang Bank Indonesia dan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana.
- Prinsip sistem pembayaran harus mempunyai aturan dan prosedur yang memungkinkan peserta memahami resiko keuangan
Dalam hal ini harus memiliki aturan serta prosedur yang dapat dibaca dan dipelajari oleh peserta pembayaran. Hal tersebut dilakukan guna peserta sistem pembayaran dapat memahami berbagai resiko.
Misalnya resiko kredit, resiko likuiditas, risiko hukum, resiko operasional, bahkan resiko sistemik. Sistem memiliki prosedur yang jelas tentang resiko kredit dan risiko likuiditas Sistem harus memiliki prosedur yang jelas tentang risiko kredit dan resiko likuiditas.
Misalnya ketika peserta tidak dapat membayar kredit saat telah jatuh tempo atau saat peserta kekurangan uang untuk membayar saat jatuh tempo.
Untuk menangani kedua hal tersebut, harus ada prosedur yang jelas dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
- Prinsip sistem pembayaran harus menjamin setelmen pada hari yang sama
Prinsip sistem pembayaran harus mampu menjamin setelmen pada hari yang sama artinya dapat menyelesaikan transaksi dalam hari yang sama.
Misalnya seorang peserta mengirim uang dari suatu bank ke bank lain, maka bank tersebut harus bisa melakukan setelmen (menyelesaikan dan memberikan bukti transaksi) pada hari yang sama.
Sistem dengan multilateral netting mampu memastikan penyelesaian setelmen yang cepat pada peserta yang tidak mampu menyelesaikan kewajibannya untuk satu setelmen besar
Sri Mulyati Tri Subari dan Acarya dalam buku Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia (2003), menyebutkan bahwa pada multilateral netting bank mampu membuat satu posisi final untuk semua bank mitranya, sehingga hanya ada satu setelmen untuk setiap bank.
- Dalam prinsip sistem pembayaran aset yang digunakan untuk setelmen berada di bank sentral
Berbagai asset yang dibutuhkan untuk melakukan settlement atau penyelesaian transaksi berada di bank sentral guna menjaga stabilitasnya.
- Prinsip sistem pembayaran harus menjamin keamanan, kepercayaan, dan memiliki penanganan darurat
Suatu prinsip sistem pembayaran harus mampu menjamin keamanan dan kepercayaan pesertanya. Hal tersebut berarti sistem pembayaran dalam menyimpan data serta dana pesertanya sebagai rahasia agar tidak terjadi penyalahgunaan.
Kemudian, salah satu prinsip sistem pembayaran adalah aman. Prinsip aman berarti risiko dalam sistem pembayaran dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh penyelenggara sistem pembayaran.
Risiko yang dimaksud seperti risiko likuiditas, kredit, dan fraud. Sebuah prinsip sistem pembayaran juga harus memiliki prosedur penangan darurat untuk melindungi peserta misalnya saat terjadi kehilangan atau penipuan.
- Prinsip sistem pembayaran harus bisa menyediakan alat pembayaran yang praktis dan efisien
Sistem pembayaran mampu menyediakan alat pembayaran yang sifatnya praktis dalam penggunaannya namun juga efisien menurut untuk memajukan sistem perekonomian.
- Prinsip sistem harus memiliki tujuan dan kriteria yang transparan
Sistem pembayaran harus memiliki kriteria, tujuan, prosedur, manfaat, serta resiko yang transparan dan dapat diakses informasinya oleh peserta.
Hal ini haru dilakukan guna menegakan keadilan dan menghilangi penyelewengan dalam sistem pembayaran.
Semua orang harus mendapatkan kesetaraan akses informasi yang sama tanpa adanya monopoli atau perbedaan.
- Pengaturan (governance arrangements) dari sistem bersifat efektif, akuntabel, dan transparan
Aturan yang ada dalam sistem pembayaran harus efektif bagi perekonomian, transparan, dan juga akuntabel. Akuntabel berarti dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Manfaat Penerapan Prinsip Sistem Pembayaran Online Bagi Bisnis Anda
Dengan menerapkan sistem pembayaran online, Anda dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi kepada pelanggan Anda serta mendapatkan berbagai manfaat saat menerima pembayaran online dari pelanggan Anda. Berikut 7 manfaat penerimaan pembayaran online bagi bisnis Anda.
- Penerimaan Pembayaran yang Praktis dan Instan
Salah satu manfaat utama dari sistem pembayaran online adalah penerimaan pembayaran yang dapat dilakukan secara praktis dan instan.
Anda tidak perlu menyediakan meja kasir, menyiapkan invoice fisik, dan melakukan pembukuan manual. Setiap transaksi bisnis Anda pun akan tercatat secara otomatis apabila Anda menggunakan fitur pembayaran online yang terintegrasi.
- Pengaturan yang Cepat dan Mudah
Jika Anda menerima pembayaran secara online, Anda dapat mengatur sistem pembayaran online sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Fitur pembayaran online yang Anda gunakan terdapat settings yang bisa Anda atur setiap saat dengan cepat dan mudah.
- Jangkauan Bisnis yang Luas dan Tanpa Batas
Dalam bisnis konvensional, kegiatan jual-beli umumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, yaitu di suatu toko dan pada jam buka dari toko tersebut. Namun, bisnis yang menerapkan pembayaran online akan memungkinkan para pelanggan untuk bertransaksi kapan saja dan di mana saja.
Alhasil, transaksi online mampu menjangkau lebih banyak pelanggan dibandingkan transaksi offline, bahkan sampai menjangkau pelanggan asing (transaksi internasional). Dengan demikian, Anda dapat menerima banyak pembayaran online sekaligus mengembangkan bisnis Anda.
- Menambah Kenyamanan Saat Penagihan Pembayaran
Proses penagihan pembayaran kepada pelanggan terkadang merupakan hal yang rumit untuk dilakukan, khususnya bagi pebisnis yang menawarkan layanan berlangganan. Solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan pembayaran online. Mengapa demikian?
Melalui pembayaran online, Anda dapat memberikan notifikasi kepada pelanggan Anda untuk melakukan pembayaran tepat waktu. Lalu, pembayaran dapat Anda terima secara otomatis tanpa harus menagih berulang kali kepada pelanggan Anda.
- Mempengaruhi Keinginan Membeli Pelanggan
Metode pembayaran online ternyata dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk berbelanja. Salah satu faktor utamanya adalah kemudahan dalam melakukan transaksi secara online dengan opsi metode pembayaran yang bervariasi. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan customer experience pelanggan Anda.
- Memberikan Informasi ke Pelanggan Secara Efisien
Sebelumnya, para pebisnis membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk memberikan informasi terkait produk atau jasa mereka kepada pelanggan.
Kini, Anda bisa langsung membagikan dan memperbarui informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan Anda dalam waktu yang singkat secara online, termasuk informasi tentang metode pembayaran online yang berlaku di dalam bisnis Anda.