Site icon Info Bet Gratis – Main Zeus Gacor

Mendikdasmen Pastikan Guru dan Siswa Korban Bencana di Sumatera Dapat Layanan Psikososial

Pemerintah memastikan penanganan darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya berfokus pada pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan kondisi mental bagi para guru, siswa, serta orang tua yang terdampak.

Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Abdul Mu’ti dalam konferensi pers Update Penanganan Darurat Tiga Wilayah yang digelar di Media Center BNPB, Jakarta Timur, Selasa (30/12/2025).

Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan dukungan pemulihan pendidikan, termasuk layanan psikososial, bagi tenaga pendidik dan peserta didik yang terdampak bencana. Menurutnya, bencana tidak hanya merusak infrastruktur sekolah, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam.

Ia menjelaskan, sejak awal pemerintah telah bekerja sama dengan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) untuk memberikan layanan pendampingan psikososial. Pendampingan tersebut tidak hanya ditujukan kepada guru dan siswa, tetapi juga kepada orang tua korban bencana.

“Banyak korban merupakan anak-anak, sehingga pendampingan psikologis juga diperlukan bagi orang tua dan tenaga pendidik,” ujarnya.

Ia menambahkan, layanan psikososial ini melibatkan berbagai organisasi kemanusiaan, seperti Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), serta relawan dari berbagai lembaga. Kolaborasi lintas organisasi ini diharapkan dapat membantu memulihkan kondisi mental masyarakat terdampak, sekaligus mendukung keberlanjutan proses belajar-mengajar di wilayah bencana.

Berdasarkan laporan dari tim lapangan, trauma psikologis masih dirasakan oleh sebagian korban bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kondisi cuaca yang masih sering diguyur hujan memicu kembali rasa cemas dan ketegangan psikologis, terutama bagi anak-anak dan para guru yang terdampak langsung.

Abdul Mu’ti menyebut hujan kerap menjadi pemicu trauma karena mengingatkan korban pada peristiwa bencana yang sebelumnya dialami.

“Kami mendapatkan laporan dari lapangan, ketika hujan turun ada sebagian yang langsung mengalami ketegangan psikologis,” ujarnya.

Pantau Kondisi Psikologis

Menurutnya, kondisi tersebut berdampak pada aktivitas belajar-mengajar yang belum sepenuhnya pulih. Sejumlah anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, sementara guru juga masih beradaptasi dengan situasi pascabencana.

Lebih lanjut, Abdul Mu’ti mengatakan, pemerintah juga terus memantau perkembangan kondisi psikologis masyarakat terdampak melalui laporan berkala dari tim pendamping di lapangan.

“Kami tidak hanya memberikan dukungan psikososial, tetapi juga terus mendampingi agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan meski belum sepenuhnya normal,” tambahnya.

Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemerintah tidak berencana menambahkan mata Pelajaran khusus mitigasi bencana dalam kurikulum nasional. Namun, penguatan edukasi kebencanaan ini tetap dilakukan melalui berbagai pendekatan pembelajaran yang sudah berjalan.

Penguatan Pemahaman Kebencanaan

Ia menjelakan, Kemendikdasmen telah memiliki unit Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang berfokus pada peningkatan kesiapsiagaan sekolah terhadap potensi bencana. Program ini akan terus diperkuat tanpa harus menambah beban mata Pelajaran baru bagi siswa.

Penguatan pemahaman kebencanaan ini akan dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler, serta pendekatan pembelajaran berbasis deep learning yang mulai diterapkan.

“Pembelajaran ini untuk memeberikan kesadaran kepada anak-anak kita tentang pentingnya mereka memahami alam dimana mereka berada, dan juga bagaimana mereka menyelamatkan diri dan lingkungannya Ketika bencana terjadi,” tuturnya.

Exit mobile version