Sebagai salah satu sektor yang amat memengaruhi kondisi keuangan sebuah negara, aktivitas impor dan ekspor perlu diperhatikan. Pasalnya, sektor tersebut mampu menjadi indikasi apakah pertumbuhan perekonomian sebuah negara mengalami peningkatan atau tidak. Nah, capaian kinerja dari kegiatan ekspor dan impor ini bisa terlihat pada laporan neraca perdagangan.
Sebagai referensi, pada penghujung tahun 2021 lalu, Indonesia menutup kinerja impor dan ekspornya dengan pencapaian yang positif terhadap neraca perdagangan. Hal tersebut dibuktikan dari surplus atau keuntungan yang berhasil didapatkan mencapai lebih dari 1 miliar USD.
Lantas, apa sih arti neraca perdagangan ini dan pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi sebuah negara? Juga, apa saja fungsi, faktor pengaruh, cara hitung, dan contoh neraca perdagangan? Nah, agar lebih memahami tentang apa itu neraca perdagangan, simak penjelasan lengkapnya berikut.
Pengertian Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan
Arti neraca perdagangan adalah perbedaan atau selisih antara nominal transaksi impor dan transaksi ekspor sebuah negara pada jangka waktu atau periode tertentu. Jenis neraca ini mempunyai rumus perhitungan yang sederhana, yakni nilai ekspor dikurang nilai impor.
Komponen utama dari jenis neraca ini adalah perbedaan antara seluruh nilai barang serta jasa yang diimpor maupun diekspor dari sebuah negara pada jangka waktu atau periode tertentu. Komponen tersebut merupakan indikator utama pada pengukuran seluruh transaksi antarnegara atau internasional.
Data yang tercantum pada neraca perdagangan tak hanya menunjukkan status atau kondisi ekspor maupun impor saja. Melainkan, neraca tersebut juga menunjukkan kinerja dari aktivitas perdagangan internasional ini.
Neraca perdagangan bisa melihat sejumlah kondisi, seperti kondisi surplus yang terjadi saat jumlah ekspor melebihi jumlah impor dan kondisi defisit, yakni saat jumlah ekspor lebih kecil ketimbang jumlah impor. Defisit pada neraca perdagangan memberi pengaruh besar pada defisit dari neraca berjalan.
Menurunnya nilai neraca berjalan menjadi tanda akan adanya ketidakseimbangan eksternal. Di samping itu, jika nilai defisit tersebut terlampau besar serta terjadi dalam waktu yang lama, dampaknya menurunkan nilai mata uang lokal secara signifikan.
Walaupun begitu, neraca perdagangan yang kondisinya positif tak selalu bisa dianggap baik, begitu pula sebaliknya. Neraca perdagangan yang positif atau surplus sangat dibutuhkan saat sebuah negara berada pada fase resesi. Pasalnya, surplus pada neraca tersebut mampu membantu terciptanya lapangan kerja dan jumlah permintaan terhadap sebuah produk atau jasa.
Sedangkan neraca perdagangan yang defisit, diperlukan saat ekonomi sebuah negara berada dalam tahap ekspansi. Hal ini dikarenakan pada kondisi ini, jumlah produk yang diimpor menjadi semakin besar, tapi harga jualnya tetap rendah imbas dari banyaknya persaingan bisnis.
Rumus dan Cara Hitung Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan
Seperti yang sempat dijelaskan sebelumnya, rumus menghitung neraca perdagangan sangat mudah. Merupakan perbedaan terhadap nilai dari produk atau jasa yang diimpor dan diekspor, perhitungan dari neraca jenis ini memerlukan data terkait nilai ekspor serta nilai impor. Rumus neraca perdagangan sendiri adalah sebagai berikut.
Nilai Ekspor – Nilai Impor = Neraca Perdagangan
Nilai ekspor ialah produk yang diproduksi di sebuah negara lalu dijual ke negara lain. Sementara itu, untuk nilai impor ialah aktivitas penjualan produk yang diproduksi di negara lain, kemudian dibeli oleh masyarakat di sebuah negara.
Meski begitu, terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan pada pencatatan dari nilai ekspor serta nilai impor ini. Salah satu hal yang bisa menjadi pemicu masalah tersebut adalah perdagangan gelap.
Apa itu perdagangan gelap? Secara sederhana, perdagangan gelap bisa diartikan sebagai sebuah aktivitas transaksi di mana aktivitasnya hanya tercatat pada sebuah negara saja, yakni negara yang melakukan ekspor atau impor saja, sedangkan pihak negara lainnya tak menerima catatan transaksi atas aktivitas impor atau ekspor tersebut. Imbasnya, nilai akumulasi dari neraca perdagangan akan menjadi tidak imbang atau tidak balance.
Faktor Pengaruh Neraca Perdagangan
Terdapat sejumlah faktor yang mampu memengaruhi nilai dari neraca perdagangan:
- Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi: Faktor ini mampu meningkatkan standar serta pendapatan masyarakat pada sebuah negara.
- Nilai Tukar: Jika sebuah negara melakukan aktivitas ekspor dan impor, mata yang atau valuta yang digunakan sebagai metode pembayaran atau alat tukar pasti akan berbeda.
- Daya Saing: Faktor ini berkaitan dengan harga jual serta kualitas produk yang terjadi pada aktivitas perdagangan antar negara. Salah satu hal yang mampu memengaruhi daya saing barang atau produk ialah struktur biaya.
Maksud Istilah Ekspor dan Impor pada Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan
Berdasarkan dari Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2021, dijelaskan bahwa ekspor adalah aktivitas mengeluarkan produk dari area pabean. Maksud dari area pabean ini adalah seluruh wilayah tertentu yang tercakup dari darat, udara, dan perairan yang ada dalam ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif Republik Indonesia.
Sederhananya, ekspor berarti aktivitas penjualan barang maupun jasa secara internasional. Lembaga atau negara yang menjalankan ekspor disebut dengan istilah eksportir dan melakukannya dengan tujuan meningkatkan pemasukan devisa. Aktivitas ini umumnya dilakukan saat negara eksportir telah mampu memproduksi barang maupun jasa secara mandiri dengan jumlah yang besar serta mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Di sisi lain, terkait impor, mengacu pada Peraturan Pemerintah yang sama, diartikan sebagai aktivitas memasukkan produk ke dalam area pabean untuk kemudian diedarkan dalam negeri. Jadi, secara sederhana, impor adalah kebalikan dari ekspor.
Pembelian produk impor adalah sesuatu yang tak dapat diproduksi sebuah negara tertentu guna memenuhi kebutuhannya, sedangkan untuk negara yang melakukan penjualan produk tersebut akan memperoleh profit berupa devisa.
Terdapat sejumlah alasan mengapa sebuah negara mengimpor produk. Salah satunya adalah ketidakmampuan dalam memproduksi barang ataupun jasa karena tak mempunyai bahan baku, keahlian, dan sebagainya. Alasan lainnya adalah negara sebenarnya mampu memproduksi barang tersebut, tapi biaya yang dibutuhkan lebih mahal ketimbang saat harus melakukan impor.
Contoh Neraca Perdagangan
Sebenarnya, pengertian dan penjelasan mengenai apa itu neraca perdagangan tidaklah sulit untuk bisa dimengerti. Namun, tanpa contoh perhitungan, memahami jenis neraca ini mungkin akan terasa kurang lengkap. Nah, agar lebih memahami tentang jenis neraca pembayaran ini, kamu bisa melihat contohnya berikut ini.
Di tahun 2021, sebuah negara mempunyai nilai ekspor mencapai 180 miliar dan nilai impor mencapai 170 miliar. Berdasarkan data tersebut, neraca perdagangan negara tersebut mengalami surplus sebanyak 10 miliar yang didapat dari nilai ekspor dikurangi impor. Karena nilai ekspornya lebih besar ketimbang impor, nilai neraca perdagangan negara tersebut bisa dikatakan surplus.
Contoh lainnya, di tahun 2020, sebuah negara mempunyai nilai ekspor sejumlah 200 miliar, dan nilai impor sejumlah 210 miliar. Melalui informasi tersebut, bisa diketahui jika neraca perdagangan negara ini mengalami defisit sebesar 10 miliar. Alasannya karena nilai impor dari negara tersebut lebih besar daripada ekspor.