Kamu yang sudah berkecimpung di dunia saham, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Wall Street. Ya, Wall Street adalah nama sebuah jalan tempat dimana New York Stock Exchange berlokasi.
Selain itu, Wall Street sudah dianggap sebagai pusat komunitas keuangan berkumpul, seperti pasar modal, sekuritas, bank raksasa, dan perusahaan peminjaman di Amerika Serikat.
Pertanyaannya, mengapa harus Wall Street? Mengapa tidak istilah Stock Exchange dari negara lain? Simak penjelasannya di bawah ini sekaligus cara investasi saham ala-ala Wall Street.
Mengapa Ala Wall Street?
Seperti yang diketahui, Amerika Serikat merupakan negara yang sangat berpengaruh di dunia, terutama untuk perekonomian. Sekali perekonomian di Amerika terguncang, maka perekonomian di seluruh dunia ikut terkena imbasnya. Harga saham akan turun, begitu pula dengan instrumen investasi lainnya.
Wall Street menjadi salah satu yang paling menonjol di dunia saham. Sebab, telah terbukti kalau saham yang terdaftar di Wall Street didominasi oleh emiten raksasa. Sebut saja Apple, Facebook, Google, dan GameStop Corp.
Pengusaha yang bergabung di Wall Street adalah mereka yang berani mengambil risiko. Dengan pengelolaan yang baik, saham seperti Facebook berhasil melejit dan menempati posisi atas di Wall Street.
Investasi ala Wall Street secara tidak langsung mengajak kita untuk memberanikan diri terhadap risiko yang terjadi di pasar modal. Tanpa keberanian ini, tidak ada namanya perkembangan.
Keberanian tersebut harus dibarengi dengan keinginan untuk terus belajar demi memudahkan kita saat mengambil keputusan investasi yang pas.
Cara Investasi Saham Ala Wall Street
1. Menentukan Strategi
Jangankan pengusaha di Wall Street, kita sendiri pasti memiliki strategi investasi masing-masing. Namun, mereka yang sukses adalah yang mampu menentukan, mengevaluasi, dan menyempurnakan strategi yang dimilikinya saat bermain.
Di Wall Street sendiri, terdapat dua strategi yang paling umum digunakan, yaitu aktivis dan oportunis. Aktivis adalah mereka yang aktif berinvestasi, sedangkan oportunis adalah yang paling jeli memanfaatkan kesempatan.
Strategi apapun yang ada dalam diri kita, tentu tidak berhasil secara terus-menerus. Pasti ada gagalnya, tapi kegagalan ini bukanlah penghambat untuk dapat cuan.
Justru dari kegagalan tersebut, minat untuk belajar saham semakin tinggi. Dedikasi untuk meningkatkan potensi diri semakin meningkat karena ada tujuan yang hendak dicapai.
2. Menjalin Relasi dengan Trader Lain
Pasar modal merupakan zona kompetitif, dimana semua orang berlomba-lomba ingin untung. Tak heran jika harga naik, banyak trader maupun investor yang melakukan aksi jual besar-besaran demi sebuah keuntungan.
Menjadi unggul atau lebih cuan daripada yang lain adalah hal wajar. Namun, bukan berarti kita membatasi diri untuk bergaul dengan sesama trader maupun investor.
Justru disini kita harus mengakrabkan diri dengan mereka yang sukses di saham. Makanya, Wall Street sering mengadakan event untuk membangun relasi antar sesama pengusaha sukses.
Disini satu sama lain dapat berinteraksi, berusaha mengenal satu sama lain dengan baik, sekaligus “mencuri” ilmu sesamanya yang sukses. Dengan demikian, kesuksesan dalam dirinya semakin bertambah.
3. Mengubah Risiko Menjadi Peluang
Risiko bukanlah sesuatu yang harus dihindari terus-menerus. Terkadang, risiko tersebut harus dihadapi untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam diri kita.
Suatu peluang akan tercipta jika kita berani mengambil risiko dalam hal apapun. Di dunia saham, risiko yang dihadapi berupa penurunan harga saham dan jumlah portofolio yang semakin mengecil.
Bukan hal yang enak didengar, tapi risiko inilah yang memberikan hasil lebih asal kita mau menganalisis risiko dan mempertimbangkan potensi perusahaan. Ketika perusahaan berkembang di kemudian hari, modal yang kita tanamkan di awal akan bertumbuh pesat.
Keberanian untuk mengambil risiko baiknya lagi dibarengi dengan keinginan untuk belajar. Sebab, practice makes it perfect!
4. Tahu Kapan Harus Berhenti
Hijau adalah warna yang selalu dinantikan oleh trader maupun investor di pasar modal. Ketika warna hijau muncul, suatu saham memiliki potensi untuk naik diikuti dengan meningkatnya permintaan.
Namun, di dunia saham kita diajarkan untuk tidak greedy dalam mengambil keuntungan. Jika target yang ditetapkan di awal sudah tercapai, biarlah saham-saham tersebut terjual, bukan dipertahankan untuk memperbesar keuntungan.
Sebab, yang sering kali terjadi adalah harga saham terlanjur turun padahal kita belum sempat menjualnya. Akibatnya, kesempatan untuk untung hilang dalam sekejap.
Beralihlah ke saham lain jika kita merasa cukup untuk mengambil keuntungan. Kita harus tahu kapan berhenti agar keuntungan tidak tertunda.