Makna Lagu Under Pressure dari Queen dan David Bowie, Tentang Tekanan Hidup yang Menindas Manusia

Diposting pada

Mengulik Makna dan Fakta Menarik di Balik Lagu “Under Pressure” dari Queen dan David Bowie

Lagu legendaris “Under Pressure”, hasil kolaborasi dua ikon musik dunia, Queen dan David Bowie, menyimpan banyak cerita menarik, baik dari makna lagu, sisi musikalitas, maupun proses kreatif di balik pembuatannya. Dirilis pada tahun 1981, lagu ini tidak hanya menjadi salah satu hits terbesar Queen, tetapi juga penanda kolaborasi besar pertama dalam sejarah band tersebut.

Proses rekaman lagu ini berlangsung secara spontan dalam sebuah sesi dadakan di Montreux, Swiss, pada musim panas 1981. Meski ditulis bersama, bassis Queen, John Deacon, menyebut sang vokalis, Freddie Mercury, sebagai pihak yang paling banyak berkontribusi dalam penulisan lirik.

Lagu ini berbicara tentang tekanan hidup yang bisa menghancurkan, namun menyelipkan pesan bahwa cinta adalah jawaban atas beban tersebut, sebuah tema yang sangat khas dalam karya-karya Freddie Mercury.

Salah satu elemen paling ikonis dari lagu ini adalah riff bass dua nada yang sederhana namun sangat melekat di telinga pendengar. Riff ini diciptakan oleh Deacon, namun nyaris terlupakan olehnya.

Dalam dokumenter Days of Our Lives, drummer Roger Taylor mengungkap bahwa setelah menciptakan riff tersebut, mereka sempat keluar untuk makan pizza.

Ketika kembali, Deacon justru lupa dengan nada yang ia mainkan. Beruntung, Taylor masih mengingatnya dan ia menjadi penyelamat dalam momen tersebut.

Proses Kolaborasi yang Tidak Selalu Berjalan Mulus

Namun, proses kolaborasi tidak selalu berjalan mulus. Dalam wawancaranya dengan Mojo pada 2008, gitaris Brian May mengaku bahwa sesi rekaman sempat menegang akibat banyaknya ego besar yang terlibat.

“David mengambil alih secara lirik. Kalau diingat sekarang, lagunya hebat, tapi mestinya bisa di-mix dengan cara yang berbeda,” ujarnya dalam satu pernyataan, mengutip berbagai sumber.

May bahkan mengakui bahwa David Bowie punya visi yang kuat dan mendominasi proses kreatif, hingga akhirnya ia sendiri memilih untuk mundur demi menghindari konflik yang lebih besar, sebuah sikap yang menurut May cukup jarang diambil sang penyanyi.

Cerita menarik lain datang dari produser Reinhold Mack, yang mengenang momen ketika Freddie Mercury dan David Bowie merekam vokal secara bergantian. Salah satu dari mereka akan dikunci di luar ruang studio agar tidak bisa mendengar apa yang dinyanyikan rekannya.

Ketika Mercury terkesan karena Bowie berhasil mengisi bagian vokal dengan sangat pas, Mack hanya berkata, “Mudah saja kalau kamu ngintip dari pintu.” Komentar itu konon membuat Mercury sempat melontarkan kata-kata pedas pada Bowie.

Pencapaian Under Pressure dan Makna Mendalam di Balik Liriknya

Under Pressure” dirilis sebagai single dan langsung masuk dalam album Greatest Hits Queen di Amerika Serikat. Di Inggris, lagu ini baru masuk album Hot Space enam bulan kemudian. Lagu ini menjadi lagu kedua Queen yang berhasil menempati posisi puncak tangga lagu di Inggris setelah “Bohemian Rhapsody.”

Fenomena duet antara musisi besar memang marak pada era 1980-an. Selain Queen dan Bowie, kolaborasi semacam ini juga dilakukan oleh Paul McCartney dan Stevie Wonder (“Ebony and Ivory”), Diana Ross dan Lionel Richie (“Endless Love”), serta Kenny Rogers dan Dolly Parton (“Islands in the Stream”).

Makna mendalam dalam “Under Pressure” tetap relevan hingga hari ini. Liriknya menggambarkan bagaimana tekanan hidup dapat menindas manusia, namun juga tetap mengajak pendengarnya untuk melihat bahwa empati, kasih sayang, dan kemanusiaan adalah solusi yang nyata.

“It’s the terror of knowing what this world is about… Keep coming up with love but it’s so slashed and torn,” begitu penggalan lirik yang menggugah hati para pendengar dan penggemar Queen maupun Bowie.

Diputar di Sejumlah FIlm dan Kisah Nostalgia di Belakang Layar

Lagu ini juga diputar dalam sejumlah film, seperti 40 Days and 40 Nights (2002) dan The Girl Next Door (2004), serta menjadi bagian dari pertunjukan teater musikal We Will Rock You. Bahkan, musisi seperti Joss Stone dan grup seperti My Chemical Romance dan The Used pernah membawakan ulang lagu ini sebagai bentuk penghormatan terhadap Queen dan Bowie.

Salah satu kisah nostalgia lainnya datang dari tahun 1969, ketika Freddie Mercury yang masih bekerja di sebuah kios di Kensington Market, membantu David Bowie memilih sepatu.

Tak disangka, lebih dari satu dekade kemudian, dua seniman besar ini akan bersatu menciptakan salah satu karya musik paling berkesan dalam sejarah rock.

Dengan segala tensi kreatif dan dinamika di balik layar, “Under Pressure” boleh dicap sebagai karya kolaboratif yang membuktikan suksesnya kekuatan emosi dan kejujuran dalam musik. Lagu ini juga bisa dijadikan sebagai pengingat bahwa di balik tekanan yang mencekik, cinta dan solidaritas antarmanusia tetap punya tempat yang tak tergantikan.