Sebuah ledakan dahsyat mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, yang merupakan pelabuhan kontainer terbesar di negara tersebut. Ledakan ini menewaskan setidaknya 28 orang dan melukai lebih dari 800 lainnya . Penyebab awal diduga berasal dari kebakaran di gudang penyimpanan bahan kimia berbahaya, termasuk natrium perklorat, yang merupakan komponen utama dalam bahan bakar padat untuk rudal.

Ledakan tersebut menghasilkan asap hitam pekat dan gumpalan api yang terlihat hingga puluhan kilometer, serta menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur pelabuhan dan bangunan di sekitarnya. Guncangan dari ledakan ini bahkan dirasakan hingga Pulau Qeshm, sekitar 50 km dari lokasi kejadian.
Pemerintah Iran segera mengumumkan keadaan darurat di wilayah tersebut, menutup sekolah dan kantor, serta mengimbau warga untuk tetap di dalam rumah dan menggunakan masker karena adanya polusi udara akibat bahan kimia beracun seperti amonia dan sulfur dioksida . Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas insiden ini.
Meskipun ledakan ini terjadi bersamaan dengan perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman, pihak berwenang menegaskan bahwa tidak ada indikasi keterlibatan asing atau sabotase dalam insiden ini . Namun, insiden ini menyoroti kembali masalah keselamatan dan penanganan bahan berbahaya di fasilitas industri Iran.
Pelabuhan Shahid Rajaee, yang menangani lebih dari 55% ekspor dan impor Iran, kini menghentikan operasinya sementara waktu. Upaya pemadaman api dan pencarian korban masih terus berlangsung, dengan lebih dari 190 orang masih dirawat di rumah sakit.