Meski tidak ada data resmi, sejumlah sumber termasuk Wikipedia menulis bahwa hampir 40 persen penduduk Vietnam menyandang nama Nguyen. Jika populasi Vietnam pada 2025 diperkirakan mencapai 101,6 juta jiwa, maka sekitar 40,64 juta orang di negara itu memiliki nama yang sama: Nguyen.
Fenomena ini kerap menjadi bahan pembicaraan, bahkan di lapangan hijau. Saat timnas Indonesia U-23 berhadapan dengan Vietnam di final Kejuaraan U-23 ASEAN pada Juli 2025 lalu, publik menyoroti hal unik dalam daftar pemain lawan: 12 pemain Vietnam bernama Nguyen, dan tujuh di antaranya tampil sebagai starter. Bahkan, pemain naturalisasi asal Brasil yang membela Vietnam pun ikut mengganti namanya menjadi Nguyen, sebut saja Rafaelson, yang kini dikenal sebagai Nguyen Quan Son.
Dominasi satu nama dalam satu negara ini luar biasa. Angka 40 persen jauh melampaui pemilik nama Kim di Korea Selatan yang sekitar 21 persen, atau nama Li di Tiongkok yang diperkirakan mencakup 7,9 persen populasi. Juga jauh melebihi popularitas nama Mueller di Jerman yang ditaksir tidak lebih dari satu persen penduduk.
Pekan lalu tepatnya 3-7 November 2025, Liputan6.com berkesempatan mengunjungi Vietnam atas undangan VinFast, produsen mobil terbesar negara itu. Di sela perjalanan, Liputan6.com mencoba bertanya langsung ke beberapa penduduk setempat: mengapa begitu banyak orang Vietnam bernama Nguyen?
Beberapa narasumber yang ditemui lebih dulu menjelaskan struktur nama khas Vietnam. Umumnya, nama seseorang terdiri dari tiga unsur: nama keluarga, nama tengah, dan nama pribadi. Nama keluarga diwariskan secara turun-temurun, digunakan bersama oleh seluruh anggota keluarga inti, dan secara tradisional bersifat patrilineal, anak-anak mewarisi nama keluarga ayah mereka sejak lahir.
Nama tengah adalah unsur tambahan yang ditulis di antara nama keluarga dan nama pribadi. Misalnya, dalam nama Nguyen Dong Truong, unsur “Dong” adalah nama tengah. Fungsinya beragam: membedakan individu yang memiliki nama depan dan belakang serupa, menghormati leluhur, atau menandakan jenis kelamin. Adapun nama pribadi dipilih saat lahir dan berfungsi sebagai identitas personal seseorang.
Selain Nguyen, Vietnam memiliki sejumlah marga besar lain seperti Tran, Le, Pham, dan Hoang. Namun, semuanya jauh tertinggal dari sisi jumlah.
Mengapa nama Nguyen begitu dominan? Jawabannya ternyata berakar pada sejarah panjang pergantian kekuasaan di negeri ini.
“Dulu, setiap kali terjadi pergantian dinasti di Vietnam, mereka yang memiliki nama belakang dari dinasti sebelumnya akan menggantinya dengan nama dinasti yang berkuasa, demi keselamatan,” tutur Nguyen Quoc Anh, seorang warga Hanoi, kepada Liputan6.com, Kamis (6/11/2025).
Sebab, dalam tradisi feodal Asia Timur, ketika sebuah dinasti tumbang, dinasti penerus kerap memburu dan membunuh keturunan penguasa sebelumnya. Untuk menghindari pembalasan, banyak orang memilih menggunakan nama keluarga yang paling umum, dan pada akhirnya, Nguyen menjadi pilihan aman, terutama karena inilah dinasti terakhir yang berkuasa di Vietnam.
Dinasti Nguyen
Dinasti Nguyen sendiri berdiri sejak tahun 1802, didirikan oleh Kaisar Nguyen Anh, dengan Hue sebagai ibu kota kekaisaran. Selama lebih dari satu abad, dinasti ini memerintah Vietnam. Namun sejak pertengahan 1800-an, kekuasaan nyata perlahan berpindah ke tangan kolonial Prancis, setelah Vietnam menjadi bagian dari Indochina Prancis.
Pada awal abad ke-20, kaisar-kaisar Nguyen hanya menjadi simbol tanpa kekuasaan politik sejati. Pemerintahan dijalankan sepenuhnya oleh otoritas kolonial.
Situasi berubah drastis pada masa Perang Dunia II. Jepang menduduki Indochina pada 1940, menggulingkan Prancis pada 1945, lalu membentuk Kekaisaran Vietnam di bawah Kaisar Bao Dai, penerus terakhir Dinasti Nguyen. Namun, setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945, kekuasaan beralih ke tangan Gerakan Viet Minh yang dipimpin Ho Chi Minh. Melalui Revolusi Agustus, Viet Minh mengambil alih pemerintahan dan memproklamasikan berdirinya Republik Demokratik Vietnam pada 2 September 1945 di Hanoi.
Beberapa hari sebelumnya, pada 25 Agustus 1945, Kaisar Bao Dai turun tahta dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah revolusioner, menandai berakhirnya secara resmi Dinasti Nguyen, sekaligus sistem monarki di Vietnam.
Namun, runtuhnya dinasti tidak serta-merta menghapus nama besarnya. Sebelum 1945, jutaan warga Vietnam sudah menyandang nama Nguyen, meski tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga kekaisaran. Dalam budaya Vietnam, nama keluarga tidak berganti meskipun kekuasaan berubah, dan setelah republik berdiri, tidak ada lagi paksaan untuk mengganti nama sebagaimana di masa feodal.
Kini, nama Nguyen bukan lagi simbol bangsawan, melainkan identitas bersama yang melewati zaman. “Nguyen bukan lagi nama para kaisar,” ujar Nguyen Quoc Anh sambil tersenyum. “Sekarang, Nguyen adalah nama rakyat Vietnam, nama yang menyatukan masa lalu dan masa depan kami.”


