Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus mengenalkan warisan sejarahnya ke tingkat dunia. Melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) Kukar, pemda kini menyiapkan penyelenggaraan Festival Memory of Yupa, sebagai bagian dari proses pendaftaran peninggalan bersejarah Prasasti Yupa ke program UNESCO “Memory of the World”.
Plt Kepala Diarpus Kukar, Rinda Desianti, menjelaskan pihaknya telah mengusulkan Yupa ke pemerintah pusat untuk kemudian diajukan ke UNESCO melalui jalur nasional.
“Kami lagi mendaftarkan Yupa sebagai warisan UNESCO melalui jalur nasional,” kata Rinda, Selasa (28/10/2025).
Sebagai langkah awal, festival yang digagas ini akan memperkenalkan publik bahwa Yupa bukan sekadar prasasti biasa, melainkan “memori sejarah yang penting bagi kita semua”. Rinda menambahkan kegiatan ini juga selaras dengan program Kukar Idaman terutama dalam literasi sejarah dan pendidikan.
“Yupa itu bukan sekadar prasasti, tapi simbol identitas peradaban Kutai sebagai kerajaan tertua di Nusantara,” jelasnya.
Menurut data resmi, Yupa telah dinominasikan oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari program Memory of the World UNESCO. Publikasi ANTARA menyebut bahwa Yupa adalah peninggalan tertulis tertua di Nusantara dan menandai transisi ke sejarah yang terdokumentasi.
Harapan Kukar untuk Generasi dan Pariwisata Masa Depan
Festival Memory of Yupa dirancang tidak hanya sebagai ajang formal, tetapi sebagai upaya menjangkau masyarakat luas dalam pelajar, akademisi, komunitas budaya, hingga warga umum. Di antaranya melalui seminar, pameran replika Yupa, lokakarya literasi sejarah, dan kunjungan edukatif ke situs-situs Kerajaan Kutai.
Rinda mengatakan bahwa festival diharapkan memberi ruang bagi warga untuk memahami bahwa warisan budaya lokal dapat membawa manfaat edukatif dan identitas kolektif.
“Harapannya, Yupa bisa diakui UNESCO dan menjadi kebanggaan bersama,” pungkasnya.
Meski antusiasme tinggi, tantangan tetap ada. Untuk mendaftar secara resmi ke UNESCO, diperlukan dokumen lengkap, validasi ilmiah, dan kolaborasi lintas instansi, mulai dari pemerintah daerah, pusat, akademisi, hingga masyarakat adat.
Publikasi UNMUL menyebut bahwa dukungan akademik diperlukan agar Yupa tak hanya menjadi artefak, tetapi juga menjadi warisan yang hidup dan dipelajari generasi muda.
Bagi Kukar, pengakuan internasional terhadap Yupa akan menjadi katalis pembangunan budaya dan pariwisata. Dengan pengakuan resmi, nilai sejarah dan ekonomi lokal akan semakin terangkat.

