Belakangan ini kualitas udara di DKI Jakarta menjadi sorotan dan berada di kategori ‘tidak sehat’. Kondisi bahkan menarik perhatian media asing untuk ikut berkomentar soal udara ‘beracun’ di ibu kota.
DKI Jakarta masih menjadi salah satu dari lima besar kota dengan kualitas terburuk didunia menurut Air Quality Index (AQI) per sabtu (12/8/2023). Pada pukul 13.04 waktu lokal, kualitas udaranya berada di angka 146 yang berarti tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Sigit Reliantoro mengungkapkan polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah udara yang kering.
Kepala DLH Jakarta, Asep Kuswanto menuturkan faktor utama lain yang memicu polusi udara adalah kondisi kemarau.”Salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi kemarau yang memang di bulan juli hingga september biasanya titik kondisi kemarau sendang mencapai tinggi-tingginya sehingga memang berakibat pada polusi udara yang kurang baik,” imbuhnya.
Dan faktor yang lain yang menyebabkan polusi udara lainnya adalah dari sektor transfortasi khususnya sepeda motor. Dari data yang dihimpun dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), pencemaran udara terbesar disebabkan oleh sektor transfortasi. Untuk jenisnya, paling banyak adalah sepeda motor 45%, truk 20%, bus 13%, mobil diesel 6%, mobil bensin 16%, dan kendaraan roda tiga 0,23%.