Korea Utara mengecam proyek sistem perisai rudal Golden Dome yang digaungkan Donald Trump sebagai ancaman sangat berbahaya yang bertujuan mempersenjatai angkasa luar. Hal ini dilaporkan oleh media pemerintah Korea Utara, KCNA, Selasa (27/5/2025).
Menurut KCNA, Kementerian Luar Negeri Korea Utara telah mengeluarkan sebuah memorandum yang menyebut Golden Dome sebagai inisiatif yang mengancam dan sangat berbahaya, yang bertujuan mengancam keamanan strategis negara-negara pemilik senjata nuklir.
Pekan lalu, Trump mengumumkan rincian baru serta pendanaan awal untuk sistem perisai rudal ini, di mana dia menyebutnya sebagai hal yang sangat penting bagi keberhasilan bahkan kelangsungan hidup Amerika Serikat (AS).
Menurut para analis, inisiatif ini tidak hanya menghadapi tantangan teknis dan politik yang besar, namun juga dapat memerlukan biaya yang sangat tinggi.
KCNA melaporkan bahwa dalam memorandum tersebut, Korea Utara — yang memiliki senjata nuklir — menuduh AS sangat bernafsu untuk memulai langkah-langkah militerisasi angkasa luar.
“Rencana AS untuk membangun sistem pertahanan rudal yang baru adalah penyebab utama yang memicu perlombaan senjata nuklir dan luar angkasa secara global, dengan menstimulasi kekhawatiran keamanan negara-negara pemilik senjata nuklir dan mengubah luar angkasa menjadi medan perang nuklir yang potensial,” sebut pernyataan Korea Utara dalam memorandumnya seperti dilansir CNA.
AS — yang merupakan sekutu keamanan utama Korea Selatan — dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan latihan militer gabungan serta memperbesar kehadiran aset strategisnya di kawasan tersebut, termasuk kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir, guna menghalau ancaman dari Korea Utara.
Korea Utara sendiri telah berulang kali menyatakan dirinya sebagai negara pemilik senjata nuklir yang statusnya tidak dapat dicabut dan secara rutin mengecam latihan gabungan antara AS dan Korea Selatan sebagai persiapan untuk invasi.
Respons China dan Rusia
China turut menyatakan kekhawatiran serius terhadap proyek Golden Dome AS dan menyebut Washington merusak stabilitas global.
Namun, di lain sisi, China dilaporkan semakin mendekati posisi AS dalam pengembangan teknologi rudal balistik dan hipersonik.
Sementara itu, Rusia tengah memodernisasi sistem rudal jarak jauh antarbenuanya serta mengembangkan rudal serang presisi canggih. Hal ini diungkapkan dalam tinjauan Kementerian Pertahanan AS pada 2022.
Kremlin menyatakan bahwa inisiatif Trump memerlukan konsultasi dengan Rusia, namun menyebutnya sebagai urusan kedaulatan AS. Ini menunjukkan nada yang lebih lunak, setelah sebelumnya juga mengecam rencana tersebut sebagai tindakan yang meresahkan.