Kisah Kapolda Irjen Marzuki Saat Terobos Aceh Tamiang Bak Kota Mati

Diposting pada

Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Aceh Inspektur Jenderal Marzuki Ali Basyah adalah pejabat tinggi pertama yang menerobos wilayah Aceh Tamiang yang porak-poranda dihantam banjir.

“Saya seperti memasuki kota mati, sangat memprihatinkan,” kata Irjen Marzuki, Kamis (4/12/2025).

Melaju menerobos wilayah Aceh Tamiang, rombongan Polda Aceh yang mendampingi Irjen Marzuki membersihkan bangkai kendaraan dan puing-puing yang berserakan di jalanan. Mereka berhasil masuk Ibukota Kabupaten Aceh Tamiang, Kuala Simpang, pada Senin 1 Desember 2025.

Marzuki menyaksikan warga yang sebagian termangu di tepi jalan, di antaranya ada yang marah-marah.

“Badan berlumur lumpur, wajah-wajah mereka penuh bercak tanah kering,” kata dia.

Air bersih tidak ada, sejak banjir melanda warga tidak pernah mandi. Mereka minum dari air banjir yang disaring. Marzuki membagikan sebagian persediaan makanan dan minuman yang dibawanya kepada warga. Seluruh perkantoran di Aceh Tamiang tak berfungsi.

“Ketika tiba di Kantor Polres Aceh Taming, kantor tenggelam, seluruh petugas sedang menyelamatkan keluarganya dan juga membantu warga sebisa mereka,” cerita Marzuki.

“Kantor pemerintahan lainnya juga tenggelam, sehingga tidak ada kendaraan maupun alat komunikasi, 90 persen wilayah Aceh Tamiang terendam, aktivitas sosial serta ekonomi lumpuh total, dan bahkan kantor pemerintahan, Kodim, serta Polres ikut terdampak,” sambung dia.

Irjen Marzuki mengerahkan anggotanya untuk mencari para pemimpin Aceh Tamiang. Akhirnya, ia bisa bersua Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi dan Kapolres Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mualiadi. Keduanya dalam keadaan kelelahan dan lusuh.

Perwira tinggi yang adalah putra Tangse, Pidie, ini menceritakan perjalanan empat hari menerobos wilayah banjir di sela-sela kesibukannya. Sering ia menerima telepon dari Jakarta di ruang kerjanya hari itu.

“Saya harus membuat laporan yang lengkap ke Jakarta tentang kondisi Aceh,” kata Marzuki.

Perjalanan 4 Hari

Kapolda Irjen Marzuki melanjutkan kisahnya. Bahwa perjalanan empat hari ke wilayah banjir itu dimulai pada Jumat 28 November 2025, ketika awal-awal Siklon Tropis Senyar menerjang Aceh.

“Saya mengontak seluruh Polres di Aceh, dari 18 Polres yang wilayahnya terjadi bencana banjir, terdapat dua Polres yang tidak bisa saya kontak, yaitu Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang,” kata dia.

Hari itu juga, Irjan Marzuki mengerahkan 855 anggota polisi di wilayahnya untuk bekerja membantu warga yang tertimpa bencana banjir. Di hari yang sama, ia bersama rombongan langsung bergerak menyusuri wilayah banjir dan longsor.

Irjen Marzuki dapat memasuki wilayah Pidie. Di sini, ia memerintahkan Kapolres Pidie AKBP Jaka Mulyana mengerahkan seluruh daya upaya untuk menolong korban bencana banjir di wilayahnya.

Ia melanjutkan perjalanan ke Pidie Jaya. Di sini, Irjen Marzuki menemukan jembatan utama di jalan nasional yang terletak di Gampng Manyang Cut, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya terputus diterjang banjir. Sehinga mengganggu akses transportasi. Sejumlah rumah tenggelam dalam lumpur.

Di sini pun, Irjen Marzuki memerintahkan Kapolres Pidie Jaya AKBP Ahmad Faisal Pasaribu untuk mengutamakan pertolongan kepada warga terdampak banjir dan longsor.

Terjang Air Deras, Bantuan Bisa Tersalurkan

Menerjang air deras di jalanan perkampungan di Kawasan Pidie Jaya, Irjen Marzuki melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Bireuen. Irjen Marzuki, memberi intruksi yang sama kepada Kapolres Bireuen, AKBP Tuschad Cipta Herdani.

Ketika menuju Kota Lhokseumawe, Kapolda terhadang jembatan yang ambruk akibat banjir, yaitu Jembatan Krueng Tingkeum di Kutablang, Bireuen.

“Tak ada jalan lain, kami menyeberangi sungai dengan perahu,” kata Irjen Marzuki.

Setelah melewati Krueng Tingkeum, Kapolda dan rombongan dapat melanjutkan perjalanan daratnya ke Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, hingga ke Langsa.

Kepada empat Kapolres di kabupaten/kota tersebut, yaitu Kapolresta Lhokseumawe AKBP Dr Azhan, Kapolres Aceh Utara AKBP Trie Aprianto, Kapolres Aceh Timur AKBP Irwan Kurniadi, dan Kaporles Kota Langsa AKBP Mughi Prasetyo Habrianto, memberi intruksi untuk kosentrasi menolong warga korban banjir.

Memasuki hari keempat, Irjen Marzuki menerobos Aceh Tamiang. Marzuki dan tim membawa sejumlah peralatan pendukung seperti genset, sehingga mereka bisa memberi informasi daerah yang terpapar. Hasilnya, bantuan bisa disalurkan lewat udara dan laut.

“Kita bawa genset, memberi informasi daerah terpapar terparah, sehingga makanan bisa kita drop dua versi, dari laut dan udara. Makanan kita drop lewat udara, dan lewat laut kita drop lewat Salahaji dan TPI-nya di bagian utaranya,” kata Marzuki.

Pastikan Menolong Masyarakat

Irjen Marzuki mengatakan, dalam setiap perjalannya yang paling penting dipastikan adalah sarana komunikasi. Karena itu, ia memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan sarana komunikasi.

Pilihannya Starlink yang memang mengandalkan jaringan ribuan satelit di orbit rendah Bumi, sehingga dapat menjangkau daerah terpencil.

Begitu sarana komunikasi berjalan, barulah Kapolda dapat memberi kabar mengenai situasi dan kondisi wilayah yang terpapar banjir dan longsor.

“Terutama seperti Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa yang terputus sarana komunikasinya,” kata Marzuki.

Pola menghidupkan komunikasi tersebut juga dilakukan Kapolda untuk wilayah-wilayah lain yang terputus komunikasi seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.

Setelah menempuh empat hari perjalanan darat, Kapolda kembali ke markasnya di Polda Aceh pada Selasa 2 Desember 2025.

Begitu masuk ke ruang kerja, ia langsung memimpin rapat koordinasi dengan seluruh pejabat utama Polda Aceh membahas penanganan banjir dan longsor. Lalu mengontak seluruh Polres yang wilayahnya terpapar banjir.

Setiap saat, ia ingin memastikan pertolongan untuk masyarakat korban banjir dan longsor. 

Aceh Dilanda Siklon Tropis

Aceh dilanda bencana banjir dan tanah longsor yang parah sejak akhir November dan awal Desember 2025. Banjir bandang ini disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Dalam bahasa ilmiah, Aceh diterjang dampak dari Siklon Tropis Senyar yang berasal dari bibit sikon 95B di Selat Malaka. Siklon ini menyebabkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, dan banjir yang luas.

Dirangkum dari berbagai sumber resmi, sampai Rabu 3 Desember 2025, tercatat korban tewas akibat banjir dan longsor mencapai 249 jiwa, dengan 227 orang masih dinyatakan hilang. Sedangkan korban luka ringan 1.435 orang dan 403 orang luka berat.

Jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 1,45 juta jiwa atau 229.767 kepala kepala keluarga. Sebanyak 660.642 orang dari 157.321 kepala keluarga terpaksa mengungsi di 828 lokasi berbeda.

Sedangkan infrastruktur yang rusak tercatat 77.049 rumah, 302 titik jalan, 152 jembatan, 138 kantor, 51 tempat ibadah, 201 sekolah, dan 4 pondok pesantren. Lahan pertanian yang rusak terdapat 139.444 hektare lahan sawah dan 12.012 hektare perkebunan.

Dari 18 kabupaten/kota yang terkena banjir, Aceh Tamiang adalah yang paling parah. Selain itu, terdapat empat kabupaten/kota lainnya yang termasuk kategori parah, yaitu Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.