Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang baru dengan Indonesia yang menuai sorotan luas. Dalam perjanjian yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025, AS berhasil memperoleh sejumlah keuntungan besar, termasuk pembebasan tarif ekspor ke Indonesia, sementara ekspor Indonesia ke AS tetap dikenakan tarif sebesar 19%.
Kesepakatan tersebut lahir dari negosiasi intens antara tim Presiden Trump dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Menurut para analis, perjanjian ini tidak bersifat simetris dan lebih banyak menguntungkan AS baik secara ekonomi, strategis, maupun politik domestik.
Tiga Keuntungan Besar Bagi AS:
- Produk AS Bebas Tarif di Indonesia
Seluruh produk ekspor AS—mulai dari pertanian, energi, hingga teknologi tinggi—dibebaskan dari tarif bea masuk di Indonesia. AS juga mendapat kontrak pembelian besar dari Indonesia, termasuk USD15 miliar untuk energi dan 50 unit pesawat Boeing. Langkah ini memperkuat dominasi produk AS dan menciptakan ketergantungan pasar Indonesia terhadap teknologi dan sistem Amerika. - Tarif 19% untuk Produk Indonesia
Sementara itu, ekspor Indonesia ke AS dikenakan tarif tetap sebesar 19%, yang mencakup tekstil, karet, dan furnitur. AS tetap mendapat proteksi terhadap industri dalam negerinya, sambil menghindari eskalasi perang dagang. - Keuntungan Geopolitik di Asia Tenggara
Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia menyepakati peningkatan kerja sama pertahanan dan maritim dengan AS, serta komitmen netral di Laut China Selatan. Hal ini dinilai mempersempit ruang pengaruh China dan memperkuat posisi strategis AS di kawasan Indo-Pasifik.
Kesepakatan ini menjadi bukti penggunaan diplomasi tarif ala Trump untuk menekan mitra dagang sekaligus memperluas pengaruh geopolitik AS. Sementara Indonesia dinilai harus menghadapi tantangan dalam menjaga kemandirian ekonomi dan posisi netral di tengah persaingan AS-China.