Kesaksian Pemandu Wisata Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani, Bantah Tinggalkan Juliana Marins

Diposting pada

Kesaksian terkait kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Juliana Marins─turis Brasil jatuh di Gunung Rinjani─turut datang dari pemandu wisata yang mendampinginya. Pria yang yang diidentifikasi sebagai Ali Musthofa itu mengatakan pada media Brasil O Globo bahwa dia tidak pernah meninggalkan Juliana.

“Sebenarnya, saya tidak meninggalkannya, tapi saya menunggu tiga menit di depannya. Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul,” kata pemandu wisata berusia 20 tahun itu, rangkum Daily Mail, Jumat (27/6/2025). “Saya mencarinya di tempat peristirahatan, tapi saya tidak dapat menemukannya.”

“Saya katakan padanya bahwa saya akan menunggunya di depan. Saya menyuruhnya beristirahat. Saya menyadari (dia jatuh) ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta tolong.”

“Saya katakan padanya bahwa saya akan membantunya. Saya berusaha keras memberi tahu Juliana agar menunggu bantuan.” Ali mengatakan bahwa dia melaporkan kecelakaan di jalur pendakian menuju puncak Gunung Rinjani itu pada agen tur tempat dia bekerja dan meminta mereka meminta bantuan darurat pada petugas.

Pengakuan Pemandu Wisata

Ali berujar, “Saya menelepon agen tur tempat saya bekerja, karena tidak mungkin membantu secara mandiri di kedalaman sekitar 150 meter tanpa peralatan keselamatan.” Mereka memberi informasi tentang jatuhnya Juliana pada tim penyelamat dan, setelah tim mengetahui informasi tersebut, mereka bergegas membantu dan menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk penyelamatan.

Menurut Ali, Juliana membayar Rp2,5 juta untuk paket tersebut. Turis Italia Federica Matricardi mengatakan pada Fantastico bahwa ia bertemu Juliana Jumat lalu, 20 Juni 2025, dan mengingat betapa sulitnya mencapai puncak Gunung Rinjai.

Kedua pelancong solo itu muncul bersama dalam sebuah video, tepat sebelum Juliana jatuh, tersenyum dan bercanda tentang pemandangan yang mendung. “Kami melakukannya (mendaki Gunung Rinjani) demi pemandangan,” kata Juliana.

Ia berangkat pada Februari 2025 untuk melakukan perjalanan ke Asia Tenggara, mengunjungi Thailand, Vietnam, dan Filipina sebelum menuju ke Indonesia. “Jangan pernah mencoba, jangan pernah terbang,” tulisnya pada keterangan foto terakhirnya.

Permintaan Maaf Relawan

Sementara itu, nama Abdul Haris Agam─atau lebih dikenal dengan Agam Rinjani─jadi perhatian warganet karena diketahui ikut mengevakuasi jenazah Juliana. Ia juga jadi perbincangan kala potongan video percakapannya dengan keluarga Juliana tersebar dan viral di media sosial.

Di klip, Agam meminta maaf pada seorang wanita yang terlihat menangis, menurut klip siaran langsung yang tersebar di media sosial. Pada keluarga korban, Agam menjelaskan kesulitan tim SAR saat mengevakuasi Juliana.

“Kami minta maaf tidak bisa membawa pulang Juliana dengan selamat, karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah,” terang Agam. “Memang sudah banyak kasus di Rinjani yang susah hidup kalau jatuh di lubang-lubang itu karena memang terlalu curam.”

Sebelumnya, pihak keluarga korban mengirim surat daring untuk dua relawan Rinjani Squad, Agam dan Tio. Bersama lima rescuer lain, keduanya turun ke jurang dengan kedalaman ratusan meter untuk mengevakuasi jenazah perempuan berusia 27 tahun tersebut.

Ungkapan Terima Kasih Keluarga Korban

Melalui unggahan Instagram yang didedikasikan untuk proses penyelamatan Juliana, Rabu, 25 Juni 2025, pihak keluarga menulis, “Kami sangat berterima kasih pada para relawan yang dengan berani menawarkan diri membantu mempercepat proses penyelamatan Juliana.

Pesannya berisi, “Pada Agam dan Tyo, atas nama keluarga Juliana Marins, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang paling tulus dan mendalam atas semua kemurahan hati, keberanian, dan dukungan yang telah kalian tunjukkan dengan bergabung bersama tim penyelamat di Gunung Rinjani.

Kami menyadari betapa sulitnya kondisi yang kalian hadapi dan besar sekali risiko yang kalian ambil. Berkat dedikasi dan pengalaman kalianlah tim akhirnya dapat mencapai Juliana dan memungkinkan kami, setidaknya, untuk mendapatkan momen perpisahan ini.”

Meski hasilnya sudah berada di luar jangkauan kami, di dalam hati kami, ada perasaan bahwa jika kalian bisa tiba lebih awal, mungkin jalan ceritanya bisa berbeda. Tindakan kalian tidak akan pernah kami lupakan. Terimalah rasa hormat. Respect,” tandasnya.