Turku, Finlandia — Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan kritik paling tajam terhadap Israel sejak konflik di Gaza kembali memanas. Dalam konferensi pers di Turku, Selasa (27/5/2025), Merz menyatakan bahwa serangan militer besar-besaran Israel ke Jalur Gaza “tidak lagi dapat dipahami” dan “tidak dapat dibenarkan” sebagai bagian dari upaya melawan Hamas.
Pernyataan Merz menandai pergeseran besar dalam posisi publik Jerman, yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Israel karena tanggung jawab sejarah pasca-Holocaust. Kritik Merz muncul di tengah tekanan dari opini publik, partai koalisi, dan pejabat senior, termasuk Menteri Luar Negeri Johann Wadephul, yang menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel.
Merz tidak menanggapi langsung soal kebijakan ekspor senjata, namun perubahan sikap ini dianggap mencerminkan tekanan politik dan moral yang semakin meningkat. Survei terbaru menunjukkan 51% warga Jerman menolak pengiriman senjata ke Israel, sementara hanya 36% memiliki pandangan positif terhadap negara tersebut.
Komisaris Antisemitisme Jerman, Felix Klein, juga menyuarakan perlunya diskusi ulang mengenai dukungan terhadap Israel, menegaskan bahwa tanggung jawab sejarah tidak boleh digunakan untuk membenarkan semua tindakan militer Israel.
Sejarawan Israel Moshe Zimmermann menilai pergeseran ini sebagai tekanan dari publik yang mulai mengubah posisi elit politik Jerman. Ia menyebut situasi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sementara itu, komunitas internasional, termasuk Uni Eropa, Inggris, Prancis, dan Kanada, tengah mempertimbangkan langkah konkret jika kekerasan di Gaza tidak segera dihentikan.
Israel belum memberikan tanggapan resmi atas kritik Merz, namun Duta Besar Israel untuk Jerman, Ron Prosor, menyatakan bahwa komentar Merz diambil dengan sangat serius.