Jusuf Kalla Kritik Trump Usir Mahasiswa Asing dari Harvard: “Gila, Hanya karena Sentimen ke China”

Diposting pada

Jakarta, 24 Mei 2025 — Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), menanggapi keras keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang mahasiswa asing kuliah di Universitas Harvard. Dalam acara Meet The Leaders di Universitas Paramadina, Jakarta, JK menyebut kebijakan tersebut sebagai tindakan emosional dan tidak rasional yang dilatarbelakangi sentimen terhadap China.

“Trump melawan dunia. Kenapa bukan Amerika melawan dunia? Trump melawan dunia, karena di Amerika sendiri dia tidak disenangi. Orang berontak, orang konflik, orang demo terus-menerus,” ujar JK, Sabtu (24/5).

Ia menilai keputusan Trump menutup Harvard untuk pelajar asing sebagai kebijakan ekstrem dan tidak berdasar.

“Hari ini kalau Anda baca ini, gila orang ini. Harvard pun ditutupnya untuk orang asing. Kenapa? Hanya karena sentimennya ke China,” tambahnya.

JK menyatakan bahwa kemajuan China di bidang teknologi saat ini tak lepas dari proses belajar dari negara-negara maju seperti AS, khususnya lewat pendidikan tinggi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya Harvard dan MIT sebagai pusat keilmuan dan inovasi dunia, dan menyayangkan bila lembaga-lembaga seperti itu justru dijadikan target politisasi.


Latar Belakang Kebijakan Trump

Kebijakan kontroversial ini diumumkan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, yang menyatakan bahwa Harvard tidak lagi dapat menerima mahasiswa asing untuk tahun ajaran 2025–2026. Sertifikasi Program Pertukaran Mahasiswa Harvard juga dicabut.

Noem menuduh Harvard:

  • Mempromosikan kekerasan dan antisemitisme”
  • “Berkoordinasi dengan Partai Komunis China
  • “Mengandalkan dana dari mahasiswa asing tanpa transparansi”

Menurut Noem, “menerima mahasiswa asing adalah privilese, bukan hak.” Ia menuding universitas elit seperti Harvard memperoleh keuntungan besar dari mahasiswa asing, tetapi menolak bekerjasama dalam hal visa dan pengawasan pemerintah.


Reaksi Harvard dan Dampaknya

Pihak Harvard menolak keras tuduhan tersebut dan menyatakan kebijakan ini:

  • Ilegal dan diskriminatif
  • Merugikan ribuan mahasiswa asing, yang mencakup 27% dari total mahasiswa
  • Berpotensi memicu pembalasan internasional, terutama dari negara seperti China

Tahun 2022, pelajar asal China merupakan kelompok terbesar mahasiswa asing di Harvard, mencapai 1.016 orang.


Kritik Meluas

Langkah Trump ini memperburuk ketegangan antara pemerintah AS dan kampus-kampus elite (Ivy League), yang belakangan menjadi sasaran kritik politik karena dianggap terlalu liberal dan anti-pemerintah. Selain Jusuf Kalla, banyak tokoh internasional dan organisasi pendidikan mengecam kebijakan ini sebagai bentuk xenofobia dan anti-intelektualisme.