Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, membentuk cara kita berkomunikasi, bekerja, hingga mencari hiburan. Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan ini, setiap aktivitas online yang kita lakukan ternyata menyumbang emisi karbon signifikan, meninggalkan “jejak tak terlihat” yang berdampak pada lingkungan.
Industri teknologi secara keseluruhan menyumbang sekitar 7% dari total emisi global. Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan pesat pusat data (data center) yang menjadi tulang punggung dunia digital kita.
Artikel ini akan mengungkap berbagai fakta mengejutkan tentang jejak karbon digital dari aktivitas online sehari-hari, serta bagaimana kita dapat berkontribusi untuk mengurangi dampaknya demi masa depan yang lebih hijau. Jadi simak kumpulan fakta mengejutkan ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (2/12/2025).
‘Doom Scrolling’ Bukan Hanya Merugikan Mental, Tapi Juga Lingkungan
Bagi banyak orang, menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial sudah menjadi kebiasaan. Rata-rata, seseorang menghabiskan sekitar tiga jam per hari untuk menggunakan media sosial, namun tahukah Anda bahwa setiap menit “scrolling” tersebut juga menghasilkan emisi karbon?
Berikut adalah perkiraan emisi CO₂ per menit dari beberapa platform media sosial populer: TikTok (2,63 gram CO₂), Instagram (1,5 gram CO₂), Facebook (0,79 gram CO₂), dan YouTube (0,46 gram CO₂). Angka-angka ini menunjukkan bahwa platform yang berbeda memiliki intensitas karbon yang bervariasi.
Jika digabungkan, aktivitas “scrolling” di semua platform media sosial ini dapat menghasilkan sekitar 968 gram CO₂ setiap hari per orang. Jumlah ini setara dengan emisi yang dihasilkan mobil saat menempuh jarak 2,4 mil (sekitar 3,86 kilometer). Dalam setahun, satu orang dapat menghasilkan 353.466 gram CO₂ hanya dari penggunaan media sosial, yang bahkan lebih besar dari emisi CO₂ satu penumpang dalam penerbangan pulang-pergi dari Los Angeles ke San Francisco, yang menghasilkan jejak karbon sekitar 153.000 gram CO₂ per penumpang.
Chat dan Email Ternyata Ikut Menumpuk Jejak Karbon
Pesan teks dan email mungkin terasa tidak signifikan dalam hal emisi, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Pesan-pesan singkat ini, meskipun seringkali tanpa tujuan yang berarti, tetap berkontribusi pada jejak karbon digital.
Di Amerika Serikat saja, rata-rata orang mengirim sekitar 61 pesan teks per hari, dengan setiap pesan menghasilkan 0,014 gram CO₂. Meskipun terdengar kecil, jika dikalikan dengan jutaan pengguna dan ratusan pesan, jumlah ini akan sangat besar. Dalam setahun, emisi CO₂ dari pesan teks satu orang mencapai 310 gram, setara dengan mengisi daya ponsel Anda 32 kali atau menyalakan laptop selama 10 jam.
Kelompok usia Gen Z (18-24 tahun) memiliki dampak terbesar karena mereka mengirim rata-rata 124 pesan teks per hari. Ini berarti dalam setahun, mereka menghasilkan 652,3 gram CO₂, setara dengan emisi dari perjalanan mobil sejauh 3 mil (sekitar 4,8 kilometer) atau menyalakan laptop selama hampir sehari penuh.
Bahkan mengirim email kantor pun memiliki biaya karbon. Rata-rata, satu orang saja menghasilkan sekitar 2.028 gram CO₂ setiap tahun hanya dari pengiriman email, setara dengan mengendarai mobil bertenaga bensin sejauh sekitar lima mil (sekitar 8 kilometer). Email dengan lampiran besar dapat memiliki jejak karbon yang sama dengan mengendarai mobil sejauh satu kilometer, menunjukkan bahwa ukuran file sangat berpengaruh.
Streaming dan Gaming – Hiburan yang Menguras Energi Digital
Hiburan digital seperti streaming video dan bermain game telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, aktivitas ini juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan karena konsumsi data dan energi yang tinggi.
Streaming video menyumbang 75% dari lalu lintas data global. Menonton Netflix selama satu jam dalam kualitas HD dapat menggunakan sekitar 3 GB data dan menghasilkan sekitar 36 gram CO₂. Ini setara dengan merebus ketel listrik sekali, menunjukkan bahwa kebiasaan menonton kita memiliki konsekuensi energi yang nyata.
Bermain game juga merupakan aktivitas yang intensif karbon. Menyelesaikan game seperti Fortnite dapat menghasilkan 5.400 gram CO₂e, yang hampir sama dengan emisi perjalanan pesawat sejauh 41,5 km. Cloud gaming, yang melibatkan streaming game secara real-time, bahkan lebih boros energi karena membutuhkan transfer data yang sangat besar dan berkelanjutan.
Meskipun versi digital lagu dan podcast sering dianggap lebih baik daripada CD fisik, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan streaming musik telah menyebabkan emisi karbon yang jauh lebih tinggi daripada era musik sebelumnya. Setiap streaming lagu menghasilkan 1,9 gram CO₂. Mengunduh playlist dan mendengarkannya secara offline daripada terus-menerus melakukan streaming lagu yang sama adalah cara yang baik untuk mengurangi penggunaan energi, karena Anda hanya akan menarik data dari server sekali.
Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Sistem Penyimpanan Cloud dan AI
Di balik setiap aktivitas online, ada infrastruktur fisik yang bekerja keras, yaitu pusat data (data center). Pusat data adalah fasilitas besar yang penuh dengan server komputer yang menyimpan dan memproses data, dan ini membutuhkan energi yang sangat besar.
Pusat data mengonsumsi energi dalam jumlah yang sangat besar, mencapai sekitar 3% dari pasokan energi global. Emisi karbon dari pusat data dan jaringan transmisi data bahkan setara dengan emisi dari sektor penerbangan, menyoroti skala dampak lingkungan dari infrastruktur digital.
Untuk mencegah server terlalu panas, pusat data membutuhkan jumlah air yang sangat besar untuk proses pendinginan. Rata-rata pusat data Google menggunakan sekitar 1.703.435 liter air setiap hari, menunjukkan konsumsi sumber daya yang masif.
Selain itu, penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) yang semakin meluas juga membawa dampak lingkungan yang signifikan. Satu pencarian yang didukung AI dapat menggunakan energi 10 kali lebih banyak daripada pencarian biasa. Satu query (permintaan) di ChatGPT menghasilkan 4,32 gram CO₂, lebih tinggi dari pencarian Google biasa.
Pelatihan model AI seperti GPT-3, pendahulu model saat ini, membutuhkan sekitar 5,4 juta liter air dan menghasilkan emisi CO₂ setara dengan 550 kali penerbangan antara New York dan San Francisco. Ini menggambarkan betapa besar jejak lingkungan dari pengembangan AI.
Perilaku Digital Kita Setara Aktivitas Penerbangan
Mungkin sulit membayangkan seberapa besar dampak aktivitas online kita. Namun, sebuah analisis dari Zero Waste Scotland memberikan perbandingan yang mengejutkan, bahwa semua aktivitas online dalam satu minggu menghasilkan 8,62 kg CO₂, setara dengan emisi dari penerbangan domestik seperti dari Edinburgh ke Glasgow, atau sekitar 75 kilometer.
Dari total emisi yang setara penerbangan tersebut, media sosial menyumbang 44%. Obrolan grup WhatsApp saja menyumbang 26%, terutama karena seringnya berbagi meme dan pesan. Streaming video menyumbang 10%, dan main game serta musik menyumbang 17%.
Data ini menunjukkan bahwa setiap aspek kehidupan digital kita, dari komunikasi hingga hiburan, memiliki kontribusi terhadap jejak karbon. Pemahaman ini penting untuk mendorong perubahan perilaku.
Cara Sederhana Mengurangi Jejak Karbon Digital
Meskipun dampak aktivitas online kita terhadap lingkungan sangat besar, ada banyak langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon digital. Bill Buckley, SVP of Engineering di CloudZero, membagikan beberapa tips tentang bagaimana konsumen dan bisnis dapat bekerja untuk mengurangi jejak karbon teknologi mereka.
1. Streaming Cerdas
Video streaming menyumbang sebagian besar lalu lintas data global. Untuk mengurangi dampaknya, Anda bisa memilih pengaturan resolusi yang lebih rendah saat streaming video, terutama jika Anda tidak membutuhkan kualitas HD atau 4K. Selain itu, unduh konten yang ingin Anda tonton berulang kali daripada melakukan streaming setiap saat, dan matikan fitur autoplay di YouTube serta layanan streaming lainnya untuk menghindari konsumsi data yang tidak perlu.
2. Email Bijak
Setiap email, terutama yang memiliki lampiran besar, berkontribusi pada jejak karbon. Hindari “reply all” yang tidak perlu dan kirim balasan hanya kepada pihak yang benar-benar relevan. Berhenti berlangganan dari newsletter atau email promosi yang tidak Anda baca, dan gunakan tautan daripada lampiran untuk dokumen besar dengan memanfaatkan layanan berbasis cloud. Terakhir, hapus email yang tidak perlu secara teratur untuk mengurangi beban server.
3. Hemat Energi Perangkat
Perangkat digital kita mengonsumsi energi, bahkan saat tidak digunakan secara aktif. Matikan WiFi atau Bluetooth saat tidak dipakai, dan kurangi kecerahan layar untuk menghemat energi secara signifikan. Hapus file, aplikasi, dan program yang tidak perlu karena semua ini membutuhkan energi untuk dipelihara dan diakses. Aktifkan mode hemat daya pada perangkat Anda, dan selalu cabut pengisi daya serta perangkat saat tidak digunakan untuk menghindari konsumsi daya “phantom”.
4. Digital Detox
Mengambil jeda dari perangkat tidak hanya baik untuk kesehatan mental, tetapi juga mengurangi jejak karbon digital Anda. Batasi waktu penggunaan untuk aplikasi streaming dan media sosial, dan tetapkan zona bebas gadget di rumah Anda, seperti kamar tidur atau ruang makan. Jadwalkan waktu khusus setiap hari untuk tidak menggunakan perangkat digital sama sekali, memungkinkan Anda untuk terhubung dengan dunia nyata dan mengurangi konsumsi energi.
5. Pilih Hosting Hijau
Jika Anda memiliki situs web, pilihan penyedia hosting Anda dapat membuat perbedaan besar. Pilihlah penyedia hosting yang berkomitmen menggunakan sumber energi terbarukan untuk mengoperasikan server mereka. Mencari sertifikasi hosting hijau seperti Renewable Energy Certificates dapat membantu Anda memastikan bahwa situs web Anda didukung oleh energi yang lebih bersih.
Jejak karbon digital memang tidak terlihat secara kasat mata, tetapi dampaknya terhadap lingkungan kita sangat nyata. Setiap klik, scroll, dan pesan yang kita kirim memiliki konsekuensi lingkungan yang perlu kita sadari.
Dengan kesadaran yang lebih baik dan perubahan kebiasaan digital yang sederhana, kita semua dapat menjadi pengguna internet yang lebih bertanggung jawab—demi planet dan masa depan yang lebih berkelanjutan. Ini adalah langkah penting menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.

