Site icon Info Bet Gratis – Main Zeus Gacor

Jalan Diblokade Massa, Rektor hingga Tenaga Medis Unisba Terjebak dan Posko Medis Ditutup

Aksi massa anarkis dan memblokade jalan di sekitar area kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (02/09/2025) dini hari, menyebabkan Rektor Unisba Harits Nu’man dan tim medis terjebak di kampus, tidak bisa pulang ke rumah.

“Tim medis kita, kami kemarin itu terjaga. Tidak bisa pulang. Ya, termasuk saya, Pak Wareg (wakil rektor),” kata Harits saat konferensi pers, Bandung.

Tim medis sebelumnya berjibaku di posko kesehatan yang beroperasi di dalam kampus. Mereka menolong para mahasiswa yang mengalami sesak napas maupun terluka saat demonstrasi di DPRD Jawa Barat.

“Siapapun yang terluka pada saat demo, maka kami punya kewajiban untuk membantu korban demo ini sehingga kami membuka posko evakuasi korban demo,” ucap Harits.

Unisba akhirnya menghentikan sementara operasional Posko kesehatan, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan usai massa anarkis.

“Ditutup sementara itu untuk menjaga. Tidak lagi kampus sebagai korban,” lanjutnya.

Harits tidak bisa memastikan penutupan posko kesehatan berlangsung sampai kapan. Sementara itu, tersiar kabar gelombang demonstran di Bandung bakal berlangsung sampai tanggal 5 besok.

“Untuk sekarang kita harus cooling down dulu. Kita lihat dulu situasi kampusnya seperti apa. Supaya semuanya kondusif untuk menjaga atau membantu evakuasi korban itu sangat-sangat kondusif. Dan kita juga lihat tim medis kita,” pungkasnya.

Kampus Dikepung Gas Air Mata

Gas air mata berulang kali ditembakkan polisi untuk membubarkan massa. Area kampus Unisba yang berada di Jalan Tamansari dikepung oleh asap gas air mata.

Harits menuturkan, peristiwa ini merupakan rangkaian dari kejadian pukul 17.00 WIB. Saat itu, posko kesehatan berada di dalam kampus, tengah sibuk menangani mahasiswa yang membutuhkan bantuan medis.

“Sudah ada korban, posko itu buka sampai korban itu selesai ditangani. Nah proses penanganan korban itu berakhir pada jam 20.30 WIB. Jam 20.30 WIB sampai jam 21.00 WIB itu masih ada korban yang napasnya masih sesak dan lemas. Itu sudah selesai kita bantu, kita tangani, kita evakuasi dan selamat mereka dijemput oleh keluarganya,” kata Harits saat konferensi pers di Bandung.

Posko tutup di jam 21.00 WIB. Setengah jam kemudian terjadi kerusuhan hingga dini hari. Massa bergerombol di sejumlah titik, mulai dari Jalan Trunojoyo, kemudian masuk ke Jalan Sulanjana, kemudian di Taman Radio.

“Di Taman Radio juga ada gerombolan dan mereka memblokir jalan dari Taman Radio, kemudian Purnawarman, Simpang Harian Banga atau Ranggadading, kemudian di jalan di depan gedung LPPM, sampai di Taman Sari Atas di ujung, memblokir jalan Tamansari, terus di Tamansari bawahnya depan gedung fakultas,” tuturnya.

Massa ini yang menjadi pemicu respons aparat menembakkan gas air mata. “Gerombolan itulah yang menjadi pemicu sebetulnya yang dalam tanda petik di Medsos itu, disebutkan aparat polisi menyerang kampus Unisba. Gitu kalau tidak salah tagline-nya,” lanjut Harits.

Aparat kemudian melakukan sweeping di jalan-jalan tersebut, yang berada di dekat area kampus. Harits menuturkan, karena kejadian ini, dia dan beberapa civitas akademika bahkan memilih bertahan di dalam kampus.

“Itu sepanjang pengamatan saya dan sampai tadi pagi kami jam 4 itu melakukan sweeping di kampus. Jadi kami ini ada beberapa termasuk saya belum pulang ke rumah,” ujarnya.

Kronologi Versi Polisi

Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Hendra Rochmawan mengatakan, aparat gabungan menggelar patroli di sekitaran kampus Unisba, termasuk Jalan Tamansari. Petugas menemukan adanya tumpukan batu, kayu serta pembakaran ban di jalan. Sehingga, jalan tersebut pun tak dapat dilewati kendaraan bermotor sekira pukul 23.30 WIB.

“Pada saat yang sama, muncul sekelompok orang berpakaian hitam yang diduga merupakan kelompok anarko. Mereka inilah awalnya yang menutup jalan dan membuat blokade di Tamansari sambil anarkis,” kata Hendra melalui keterangan resmi, Selasa (2/9/2025).

Kemudian, lanjut Hendra, tim gabungan turun melakukan pengamanan serta berupaya membubarkan massa tersebut. Namun menurutnya, kolompok tersebut merancang agar seolah-olah aparat menyerang kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) yang berada di kawasan tersebut.

“Mereka secara khusus merancang skenario provokatif dengan tujuan memancing petugas agar mundur ke arah kampus Unisba, sehingga seolah-olah aparat menyerang kampus,” ucap dia.

Hendra mengatakan, tim patroli gabungan TNI dan Polri kemudian dilempari batu juga bom molotov oleh kelompok tersebut. Polisi pun akhirnya terpaksa menembakkan gas air mata ke arah kelompok tersebut.

“Tim kemudian menembakkan gas air mata ke jalan raya, namun tertiup angin hingga ke arah parkiran Unisba. Inilah yang kemudian dijadikan bahan provokasi oleh kelompok anarko, untuk membenturkan mahasiswa dengan petugas,” beber dia.

Hendra membantah terkait adanya kabar bahwa tim patroli masuk ke area kampus dan membawa senjata peluru karet. Bahkan menurutnya, tidak ada satu pun petugas yang membawa senjata api saat melakukan patroli.

“Mereka membuat framing di media sosial melalui akun-akun mereka bahwa petugas masuk ke kampus, membawa senjata peluru karet, dan menembakkan gas air mata. Semua itu adalah hoaks. Faktanya, di lapangan tidak ada satu pun petugas yang masuk ke area kampus, dan tidak ada petugas yang membawa senjata,” jelas dia.

Tak lama kemudian, kata Hendra, polisi akhirnya dapat menguasai kawasan tersebut setelah kurang lebih setengah jam terjadi konflik sekira pukul 01.00 WIB. Kelompok tersebut pada akhirnya membubarkan diri setelah berhasil dipukul mundur oleh patroli gabungan.

“Setelah kondisi Jalan Tamansari bisa kami kuasai, situasi kembali aman dan kelompok berpakaian hitam tersebut melarikan diri,” jelas dia.

Exit mobile version