Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menyebut para tersangka menyebarkan flyer digital berisi ajakan rusuh dengan slogan “Polisi butut, jangan takut.” Mereka juga diduga menyebarkan tutorial pembuatan bom molotov serta menawarkan imbalan uang Rp62.500–Rp200 ribu bagi pelajar dan warga yang mau ikut aksi.
Kerusuhan berlangsung sejak 25 Agustus, saat 337 orang diamankan, terdiri dari 202 pelajar, 26 mahasiswa, dan warga umum. Pada 28 Agustus, jumlah yang diamankan melonjak menjadi 794 orang, mayoritas pelajar dari berbagai daerah. Kericuhan berlanjut pada 29 Agustus dengan 11 orang ditangkap, serta 30–31 Agustus ketika 205 orang diamankan dan 25 ditetapkan tersangka pengrusakan fasilitas umum.
Hingga kini, total 38 orang telah ditahan terkait aksi anarkis, pengrusakan fasilitas umum, hingga melawan petugas. Polisi masih mendalami jaringan penghasut dan pihak-pihak yang terlibat dalam aksi terorganisir tersebut.

Rumah Uya Kuya Dijarah Saat Demo Ricuh, Belasan Pelaku Ditangkap

NasDem Ajukan Penghentian Gaji Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach ke DPR

Jakarta – Polisi menetapkan enam orang sebagai tersangka kasus dugaan penghasutan yang memicu kerusuhan saat aksi demonstrasi di depan DPR/MPR pada 25 Agustus 2025.

Jakarta – Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI resmi meminta penghentian seluruh hak keuangan dan fasilitas dua anggotanya, Eko Patrio dan Uya Kuya, yang saat ini berstatus nonaktif.

NasDem Hentikan Gaji Dua Anggota DPR, Partai Buruh Siap Laporkan ke MKD

Jakarta – Polisi mengungkap sosok RAP, admin akun Instagram @RAP, sebagai salah satu otak di balik beredarnya bom molotov saat demo ricuh di depan DPR/MPR. RAP dijuluki “Profesor R” karena aktif membagikan tutorial meracik bom molotov di grup WhatsApp sekaligus mengatur distribusi logistik bahan peledak rakitan ke massa.

DPR Gelar Rapat Evaluasi Bahas ‘17+8 Tuntutan Rakyat’, Tunjangan Perumahan Anggota Dihentikan

Jakarta – Gelombang kerusuhan yang melanda ibu kota berujung pada penjarahan rumah sejumlah tokoh publik. Kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani dan empat anggota DPR, yakni Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, serta Nafa Urbach, menjadi sasaran massa pada Sabtu (30/8/2025) hingga Minggu (31/8/2025) dini hari.