Teheran, 29 Juni 2025 — Pejabat senior militer Iran, Brigadir Jenderal Ramezan Sharif, mengeluarkan peringatan tegas bahwa Iran akan memberikan respons yang lebih keras dan merusak jika kepentingan nasional mereka kembali diserang. Peringatan ini muncul menyusul kritik Presiden AS Donald Trump terkait program nuklir Iran.
Dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita Fars, Sharif menyebut komentar Trump sebagai “omong kosong” dan produk dari “kekalahan telak” AS terhadap Iran. Ia menegaskan bahwa serangan lanjutan dari AS akan mempercepat keruntuhan rezim Amerika.
Secara terpisah, Mohammad Reza Naqdi, Wakil Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memperingatkan bahwa jika otoritas agama Syiah diserang, semua personel AS di wilayah tersebut—baik militer, diplomat, atau sipil—akan menjadi target.
Komentar keras ini muncul setelah AS menjatuhkan enam bom penghancur bunker ke fasilitas nuklir Fordo dan meluncurkan puluhan rudal jelajah ke lokasi di Natanz dan Isfahan pada 22 Juni lalu, sebagai bagian dari kampanye militer terhadap program nuklir Iran.
Ketegangan ini terjadi dalam konteks konflik 12 hari antara Israel dan Iran yang dimulai pada 13 Juni. Serangan udara Israel ke berbagai target militer, nuklir, dan sipil Iran menewaskan 606 orang dan melukai 5.332, menurut Kementerian Kesehatan Iran. Iran membalas dengan serangan rudal dan drone, menewaskan 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 di Israel, menurut data Universitas Ibrani Yerusalem.
Konflik saat ini berada dalam masa gencatan senjata yang disponsori AS, mulai berlaku pada 24 Juni, namun situasi tetap tegang dan berisiko meningkat sewaktu-waktu.