Investasi Korea Selatan di Indonesia Tembus 70 Persen di Sektor Manufaktur

Diposting pada

Liputan6.com, Seoul – Investasi Korea Selatan di Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat dan semakin strategis.

Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 60 persen investasi Korea Selatan di Indonesia disalurkan ke sektor manufaktur, dengan puncaknya mencapai lebih dari 70 persen hanya dalam bulan pertama 2025.

“Secara historis, sektor manufaktur memang menjadi tulang punggung investasi Korea di Indonesia. Dari statistik lima tahun terakhir, kontribusinya konsisten di angka 60 sampai 70 persen, dan bahkan pada awal 2025 sudah melampaui 70 persen,” kata Reza kepada para jurnalis yang terpilih dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) Batch 4 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, di Seoul, Senin (19/5/2025).

Reza menjelaskan bahwa sebagian besar investasi masih terpusat di Pulau Jawa, seiring dengan kesiapan infrastruktur dan konektivitas yang lebih matang dibanding wilayah lain. Namun, pihaknya optimistis bahwa ke depan akan terjadi pemerataan distribusi investasi ke luar Jawa.

“Kami mendorong agar investasi juga diarahkan ke daerah lain yang kini tengah dikembangkan, baik melalui kawasan industri baru maupun insentif pemerintah daerah,” ujarnya.

Hal yang menarik adalah semakin banyak perusahaan Korea yang mempertimbangkan relokasi lini produksinya dari Vietnam ke Indonesia. Ini menjadi sinyal penting bahwa Indonesia mulai diakui sebagai bagian dari rantai pasok dan nilai tambah global yang diandalkan Korea Selatan.

“Beberapa perusahaan yang sudah memiliki basis produksi di Vietnam mulai menyatakan minat untuk relokasi ke Indonesia. Harapannya, Indonesia bisa menjadi bagian dari supply chain yang mereka punya, tidak hanya untuk pasar lokal tapi juga ekspor,” jelas Reza.

Reza juga menekankan pentingnya kolaborasi antara investor Korea dengan pelaku usaha lokal Indonesia. Selain untuk membagi risiko dan biaya investasi, kemitraan lokal dinilai sebagai cara terbaik untuk menavigasi perbedaan budaya bisnis.

“Kami selalu dorong agar mereka tidak jalan sendiri. Di Korea ada budaya pali-pali atau serba cepat, sementara di Indonesia lebih alon-alon alias bertahap. Pemahaman budaya ini penting untuk keberhasilan jangka panjang,” katanya.